Mohon tunggu...
Daniel Nugraha
Daniel Nugraha Mohon Tunggu... Lainnya - Civil Journalism

Saya Daniel, lahir pada 27 oktober 1997 dan besar di kota Surabaya, Jawa Timur. Bergabung di kompasiana dengan harapan bisa mengasah skill copywriting saya sekaligus berbagi ilmu, saya adalah penggemar berbagai karya seni dan disiplin ilmu pengetahuan karena saya ingin mengetahui lebih dalam akan dunia tempat saya hidup. Saya percaya hidup adalah sebuah pengalaman berpetualang bukan hanya menjalani hidup dalam sebuah sistem bermasyarakat namun sekaligus kesempatan bereksplorasi. Hobi saya antara lain membaca buku dan artikel, mendengarkan musik, menonton film. Semoga apa yang saya tulis bisa menjadi inspirasi dan membuka perspektif baru bagi para pembaca. Terima Kasih

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

6 Pelajaran Manajemen Keuangan di Masa Pandemi

22 Januari 2021   09:52 Diperbarui: 17 Februari 2021   10:36 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.forbes.com/

Pandemi COVID-19 menjadi malapetaka bagi banyak orang, bak roda berputar banyak sekali orang mengalami perubahan hidup tanpa pandang bulu bahkan orang yang memiliki harta melimpah sebelumnya pun juga turut merasakan sulitnya beradaptasi. Tentu tidak semua orang mengalami tingkat kesulitan yang sama selama masa pandemi ini, tidak sedikit pula yang harus memulai dari nol lagi.

Tentu tidak ada yang tau ke mana masa depan membawa setiap kita. Disadari atau tidak sebenarnya terkandung banyak pesan dan pelajaran berharga buat kita di masa pandemi, tidak hanya pelajaran kehidupan namun juga dari segi pengelolaan keuangan baik personal maupun keluarga. Mengambil hikmah di momen seperti ini adalah salah satu hal terbaik yang bisa kita lakukan demi masa depang yang lebih baik. Berikut adalah 6 pelajaran manajemen keuangan selama masa pandemi yang bisa kita petik.

1. Mengevaluasi Sumber Pendapatan
Bagi kita yang sudah bekerja dan memiliki sumber penghasilan maka kita perlu meninjau beberapa hal. Sumber penghasilan kita sebaiknya memenuhi beberapa kriteria antara lain :

  • Pendapatan rutin & stabil
    Pendapatan yang rutin dan stabil adalah syarat utama mengidentifikasi seberapa baik sumber penghasilan yang kita miliki. Pendapatan rutin artinya sumber penghasilan kita mampu menghasilkan pendapatan secara teratur dan periodik, sedangkan pendapatan yang stabil berarti kita menerima besaran penghasilan yang cenderung tidak berfluktuatif sehingga pendapatan yang kita dapat lebih mengukur jumlah uang yang kita terima dan pengeluaran. Jika pendapatan tidak diterima rutin dan stabil maka disarankan kita mencari sumber pendapatan tambahan.
  • Pertumbuhan pendapatan dari waktu ke waktu
    Pertumbuhan income penting diperhatikan sebab kita mengetahui bahwa setiap tahun tentu kita merasakan dampak inflasi harga (tidak semua orang merasakan derajat dampak sama) yang berarti kita berekspektasi pengeluaran baik dalam bisnis maupun pengeluaran untuk konsumsi akan meningkat seiring berjalannya waktu. Pendapatan sebaiknya mengalami pertumbuhan minimal sama atau melebihi tingkat kenaikan harga/pengeluaran kita dari waktu ke waktu.
    Jika pendapatan tidak bertumbuh atau bahkan turun maka kita perlu meninjau ulang faktor apa yang menyebabkan demikian, apakah faktor persaingan usaha? apakah faktor tren pasar? apakah kebijakan tertentu?
  • Pekerjaan berada di jalur yang tepat untuk bertumbuh
    Kita mengetahui bahwa setiap bidang usaha memiliki performa yang berbeda-beda, semisal pada masa pandemi kita melihat bahwa industri farmasi dan telekomunikasi meningkat pesat sedangkan industri manufaktur dan ritel sempat mengalami penurunan, semakin banyak orang juga mengubah pola bekerja dengan bantuan digital maka dari itu perlu kita bertanya apakah usaha kita sudah sesuai dengan arah perkembangan usaha di masa depan?
    semisal jika anda memiliki sebuah toko ritel maka mungkin akan lebih baik jika anda menyediakan fasilitas transaksi jual beli melalui platform digital seperti online shop yang memungkinkan akselerasi peningkatan omzet (apalagi di masa pandemi), disisi lain jika toko ritel lain yang sejenis menyediakan layanan online shop maka bisa jadi toko anda kalah bersaing dan berdampak penurunan omzet.
  • Efisiensi perbandingan waktu kerja dan hasil pendapatan
    Pada umumnya, orang bekerja 40-45 jam dalam seminggu, namun dengan jumlah jam kerja tersebut berapa penghasilan yang anda dapat?
    Pekerjaan yang memakan waktu bekerja yang banyak namun tidak menghasilkan adalah pekerjaan yang tidak efisien dari segi penghasilan karena bisa jadi anda melewatkan alternatif lain dimana anda bisa bekerja dengan waktu lebih singkat tetapi menghasilkan lebih.
    Masa pandemi mengajarkan kita bahwa ternyata banyak prosedur kerja yang memakan waktu dan bisa diminimalkan dengan bantuan teknologi dan selain itu juga banyak alternatif usaha yang bergelut bidang IT atau setidaknya memanfaatkan pemakaian teknologi digital.


2. Bijaksana Mengelolah Pengeluaran dan Budget keuangan

Sumber : https://analisafundamental.com/
Sumber : https://analisafundamental.com/
Selain pemasukan, pengeluaran juga bisa diperhatikan, di masa pandemi terutama kita terpaksa lebih berhemat sehingga kita harus lebih bijaksana dalam pengeluaran. 

Bijaksana dalam mengelolah pengeluaran berarti mengidentifikasi komponen pengeluaran dan menetapkan prioritas ketersediaan dana untuk biaya yang memang diperlukan misalnya biaya listrik & air, biaya kebutuhan pokok sehari-hari, menentukan budget untuk pengeluaran yang sifatnya sekedar hiburan atau prestige, bahkan bila perlu menekan pengeluaran yang tidak diperlukan dan meningkatkan tabungan uang pribadi.

Maka dari itu beberapa tips yang bisa kita pakai untuk mengelolah pengeluaran dan pendapatan sekaligus adalah dengan memproyeksikan pemasukan dan pengeluaran keuangan untuk periode waktu tertentu (bisa jadi bulan berikutnya) kemudian memberi kan budget untuk dana tabungan, dana pengeluaran baik yang prioritas atau tidak, dana tabungan, dana untuk investasi dan dana darurat.

Contohnya jika anda memiliki pendapatan sebanyak 4 juta rupiah/bulan dan pengeluaran bulanan kebutuhan pokok anda sebanyak 2,5 juta per bulan untuk kebutuhan hidup pokok maka anda bisa menetapkan margin sebesar 20% dari total pengurangan (4 juta - 2,5 juta) untuk pengeluaran yang bersifat hiburan dan sisanya 80% dari 1,5 juta tersebut dapat digunakan untuk dana tabungan dan dana darurat.

Pengelolahan akan menjadi lebih baik jika kita punya target pribadi semisal pada bulan A tingkat tabungan sebanyak 1 juta rupiah namun anda ingin meningkatkan tabungan, maka anda bisa membedah komponen biaya bulanan atau biaya hiburan anda, apakah ada pemborosan diantara rincian komponen biaya tersebut, atau ada peningkatan biaya karena faktor eksternal jika ada anda bisa memikirkan cara menekan biaya semisal terjadi pembengkakan di biaya transportasi maka kita bisa mencari alternatif transportasi lain yang lebih murah atau bepergian ke tempat kerja bersama teman. Jika tidak ada yang bisa dikurangi dari komponen biaya penting maka anda bisa menekan biaya hiburan anda.

3. Dana Darurat itu Penting lho!

Pada kondisi normal memang menyisihkan dana darurat itu terkesan remeh, tetapi ketika kondisi krisis seperti masa pandemi ini maka sebenarnya dana darurat ini akan sangat membantu ini karena  ketika ada kondisi buruk terjadi (seperti terkena PHK ataupun kecelakaan ringan) maka dana darurat ini akan bisa menolong untuk meng-cover biaya yang diperlukan. Misal pada masa pandemi ini kan kita juga mengetahui banyak tenaga kerja yang mengalami PHK atau pemotongan gaji. Namun berapa jumlah dana darurat yang harus disiapkan? nah mari kita bahas dibawah ini

Berapakah besaran dana darurat yang saya anjurkan?

  • Seseorang yang belum mempunyai tanggungan, maka harus menyiapkan kurang lebih tiga kali dari pengeluaran yang dilakukan dalam satu bulan. Ini disebabkan untuk berjaga-jaga ketika ada kondisi buruk terjadi (seperti terkena PHK ataupun kecelakaan ringan) maka dana darurat ini akan bisa menolong untuk mengcover biaya yang diperlukan. 

  • Seseorang yang sudah menikah akan tetapi belum memiliki anak, maka dana darurat yang harus disiapkan kurang lebih enam kali dari pengeluaran yang dilakukan dalam satu bulan.

  • Sedangkan seseorang yang sudah menikah dan memiliki satu orang anak maka dana darurat yang dipersiapkan harus mencapai sembilan kali dari pengeluaran yang dilakukan dalam satu bulan.

4. Investasi itu Juga Nggak Kalah Penting lho!

Sumber : www.seputarforex.com
Sumber : www.seputarforex.com

Cara lain menyiasati peningkatan tingkat tabungan anda dan mengakumulasi kekayaan anda juga bisa dengan menyisihkan beberapa persen dari dana tabungan anda untuk budget investasi jika anda memiliki uang tabungan sebesar 1 juta rupiah mungkin anda bisa menyisihkan 300 ribu untuk investasi di platform keuangan lain semisal melalui pasar modal dan lain-lain namun kemudian perlu ada strategi perencanaan dana investasi untuk memaksimalkan return dan meminimalkan loss.

Jika uang 300 ribu dirasa kurang cukup untuk melakukan investasi maka anda bisa menabung selama beberapa waktu dan mulai berinvestasi, tetapi sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu mempelajari platform investasi yang cocok untuk modal anda dan profil resiko pribadi anda, dan konsultasikan rencana investasi anda dengan orang yang tepat. 

Anda bisa bergabung pada komunitas investasi dan belajar terlebih dahulu sebelum benar2 terjun dengan modal. Kita hidup di era teknologi yang canggih edukasi dan sarana investasi semakin mudah di jangkau bahkan lewat smartphone anda sudah bisa, jadi mengapa tidak mencoba siapa tau anda menemukan keberuntungan. 

Idealnya, dana yang harus disisihkan dari pendapatan untuk investasi adalah 15-20%. Misalnya untuk orang yang memiliki kategori resiko konservatif, maka produk investasi yang cocok adalah deposito dan reksadana pasar uang. Produk deposito dan reksadana pasar uang diperkirakan bisa memberikan imbal hasil antara 3-5% per tahun. 

Untuk orang yang memiliki kategori resiko moderat, maka produk investasi yang cocok adalah reksadana pendapatan tetap dan reksadana pendapatan campuran. Produk reksadana pendapatan tetap dan reksadana pendapatan campuran diperkirakan bisa memberikan imbal hasil antara 6-10% per tahun. 

Untuk orang yang memiliki kategori resiko agresif, maka produk investasi yang cocok adalah reksadana saham dan saham. Produk reksadana saham dan saham diperkirakan bisa memberikan imbal hasil antara 11-15% per tahun.

Maka dari itu cerdiklah pula mencari peluang dan kenali berbagai produk investasi yang ada.

5. Pentingnya Produk Asuransi Jiwa dan Kesehatan

Sumber : https://www.prutexa.com/
Sumber : https://www.prutexa.com/

Sudah beberapa kali saya mendengar cerita akan mahalnya biaya perawatan COVID-19, dan bahkan sebelum pandemi kita semua sadar bahwa biaya kesehatan standar sekalipun sangat mahal tidak terkecuali obat-obat farmasi. Bedasarkan riset Lifepal, tingkat inflasi biaya kesehatan dan kenaikan gaji bersih pekerja di Indonesia tidak sebanding dengan biaya medis yang per tahunnya meningkat sebesar 10 -11 % sedangkan kenaikan gaji hanya sekitar 3% saja pertanyaan yang perlu kita ajukan adalah seberapa sehat dan yakin kita bahwa di masa depan kita akan terus memiliki kesehatan jasmani yang baik, oleh karena itu penting disadari bahwa asuransi adalah upaya mencicil untuk biaya antisipasi dan sebagai bentuk minimalisir resiko.

Tentu kita tidak ingin penyakit serius menghantam tubuh kita tetapi pesan moral di masa pandemi adalah kesehatan adalah aset terpenting, tidak hanya kesehatan memungkinkan produktifitas yang maksimal, tetapi mencegah biaya besar yang bisa trjadi dan
karena itulah juga keputusan membeli program asuransi ini harus benar-benar di pertimbangkan.
Jika kita jujur pada diri sendiri bisa jadi kita secara ekonomi rentan terhadap kemiskinan akibat sakit penyakit yang sebenarnya bisa dihindari dengan gaya hidup sehat dan asuransi.

6. Menghindari Hutang yang Tidak Produktif atau Hindari Pemakaian Hutang untuk Tujuan Konsumtif

Sumber : https://theintercept.com/
Sumber : https://theintercept.com/

Pandemi Covid-19 memang musibah yang mana tidak ada yang tau akan terjadi sebelumnya, namun kita tahu banyak orang yang mengalami kesulitan membayar kredit motor, pinjaman, dan sebagainya, sedangkan kedaan perekonomian begitu suram, walau dengan segala kemudahan yang ada diberikan pemerintah tetap saja terjebak dalam cicilan hutang adalah malapetaka yang membuat orang pusing.
Agar mencegah hal serupa terjadi pada kita di masa depan maka ada baiknya kita mengubah perilaku dan sikap kita dalam berhutang, dan tidak baik bagi kita untuk menjadi trauma terhadap hutang.


Pengusaha biasanya memanfaatkan hutang untuk tujuan leverage atau mengungkit modal usaha untuk tujuan investasi / perputaran modal yang dapat menghasilkan return lebih lagi tanpa mengeluarkan modal pribadi, artinya tidak semua hutang adalah buruk semua bergantung pada bagaimana dan apa tujuan kita berhutang. Kita bisa berpikir hutang seperti investasi, kita sebaiknya bertanya-tanya

a) Apa tujuan saya berhutang ? dan bagaimana saya mempergunakan hutang saya?
b) Berapakah jumlah hutang yang saya butuhkan?
c) Bagaimana perjanjian hutang anda dengan peminjam hutang ? anda harus memperhatikan skema pembayaran hutang tersebut dan jenis bunga yang ditetapkan apakah bunga pinjaman menggunakan bunga tunggal atau majemuk atau anuitas?
c) Berapakah besaran bunga pinjaman anda ?
d) Berapakah lama hutang tersebut harus dan bisa saya bayar?
e) Berapakah return potensial dan risk saya tidak bisa membayar hutang tersebut?
f ) Apa jaminan dan konsekuensi yang akan saya dapat jika tidak mampu membayar hutang?
g) Bagaimana evaluasi risk to reward  dari berhutang tersebut, apakah hutang tersebut layak?

Dengan berusaha menjawab pertanyaan diatas maka kita otomatis melakukan analisis yang rasional dalam mengambil keputusan berhutang.

Selain kita memiliki gambaran untuk apakah hutang akan di gunakan, pertama kita harus memperhitungkan berapa jumlah ideal hutang yang ingin kita mau artinya tidak berlebih karena jika berlebih maka bunga pinjaman juga menjadi besar secara nominal sehingga berpotensi menjadi biaya yang tidak diperlukan agar kita dapat memaksimalkan pemakaian hutang seperlunya.
Kita juga harus mempertimbangkan dimensi kemampuan kita untuk membayar kembali hutang tersebut beserta potensial return-nya,
salah satu cara yaitu kita bisa menilainya dari bagaimana kita mengelolah modal kita selama ini,
Sebenarnya banyak cara menghitung kemampuan anda membayar hutang, misalnya anda bisa saja membandingkan debt-to-equity ratio (total liabilitas (hutang jangka pendek dan panjang) / total ekuitas atau modal), anda juga bisa membandingkan debt-to-EBITDA ratio dengan membagi besaran liabilitas dengan pendapatan sebelum kewajiban dan pajak.

i.    Berapa persen profit yang anda hasilkan dari modal yang anda keluarkan?
ii.   Apakah tingkat prosentase profit yang dihasilkan berpotensi untuk membayar hutang dalam jangka waktu tertentu beserta bunganya?
iii. Berapakah Aset lancar / Aset yang punya likuiditas tinggi anda dibagi dengan hutang anda?
       Hal ini berguna jika anda tidak bisa membayar hutang dengan kas maka seburuk-buruknya anda masih dapat membayar dengan aset lancar anda.
iii.  Bagaimana dan seberapa stabil penghasilan anda dan bagaimana kesehatan finansial dan arus kas usaha anda? apakah konsisten menghasilkan profit?

Jika tidak maka anda bisa menganggap ketidakstabilan penghasilan sebagai faktor resiko. Selain melakukan analisis internal keuangan kita,
kita juga sebaiknya memikirkan faktor eksternal dan probabilitas keberhasilan proyek yang kita akan jalankan dengan modal hutang dan mengidentifikasi faktor keberhasilan proyek tersebut beserta resiko nya. Evaluasi risk to reward dinilai dari analisis internal dan eksternal seperti yang sudah dijabarkan kemudian anda dapat menyimpulkan sendiri.

Ada masalah apa dengan pemanfaatan hutang untuk tujuan konsumtif saja?

Kebanyakan berhutang untuk tujuan konsumtif dinilai tidak menghasilkan return ekonomis setidaknya dalam jangka pendek walaupun mungkin dalam jangka panjang. Sedangkan kebanyakan hutang pinjaman menambah kewajiban anda membayar dalam jangka pendek/menengah sehingga dengan menggunakan format analisis diatas dapat kita simpulkan secara kasar bahwa risk lebih tinggi daripada reward sehingga hutang untuk tujuan konsumtif dinilai tidak layak dan berpotensi menambah arus kas keluar.

Masa pandemi adalah masa dimana kita sebaiknya menjadi lebih berhati-hati dengan penggunaan uang. Pandemi memang mengajarkan kita bahwa penting untuk menjaga keamanan dan pertumbuhan aset kita dari waktu ke waktu, memang tidak ada yang mengharapkan hal buruk terjadi namun kita perlu menerapkan sebuah sistem pengelolahan yang antisipatif. Pandemi COVID-19 adalah bentuk perwujudan dari salah satu skenario terburuk yang bisa dialami oleh setiap kita, sehingga siapapun yang mampu menerapkan pelajaran diatas maka orang tersebut akan mendapatkan lebih sedikit efek samping negatifnya. Ekonomi terpuruk dan akanmembaik tetapi bukan berarti kita sebaiknya duduk menunggu kesempatan datang saja namun beberapa perubahan-perubahan kecil dapat dimulai dari detik ini. Berawal dari pemahaman dan pembentukan kebiasaan baru yang lebih adaptif terhadap situasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun