Mohon tunggu...
Daniel Glen
Daniel Glen Mohon Tunggu... Penikmat Budaya Pop

Sukanya membaca, menulis, menggambar, mendengarkan musik dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Pertemanan dari Hujan

13 Mei 2025   12:41 Diperbarui: 17 Mei 2025   17:55 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hujan di musim kemarau. (canva.com via kompas.com)

"Karena kalau hujan kita harus sedia ember untuk menampung air hujan dan karena suku kata terakhirnya adalah -ber, jadi nama bulan yang suku katanya berakhirkan -ber itu berarti kita harus siapin ember."

"Makanya bulan September, Oktober, November, dan Desember itu pasti selalu hujan, Mah."

"Wah kreatif sekali. Kamu ada informasi menarik apalagi nih yang kamu dapatkan di sekolah?" tanya mamanya.

Mendengar itu, Jojo mulai menjelaskan cara menghitung total hari dalam setiap bulan hanya menggunakan buku-buku jari tangan. Ada banyak sekali pelajaran yang Jojo dapatkan di sekolahnya walau ia baru kelas 5 SD mulai dari alam sampai belajar tentang budi pekerti.

Ilustrasi bocah ojek payung. Sumber: Indra Abriyanto/Gosulsel.com 
Ilustrasi bocah ojek payung. Sumber: Indra Abriyanto/Gosulsel.com 

Setelah hampir satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai di kantor namun tempat parkir dalam gedung ternyata sudah terisi penuh sehingga yang tersisa adalah lapangan parkir di luar yang tanpa atap.

"Jo, coba kamu cek di belakang ada payung ga?" tanya mamanya.

Jojo segera menengok ke belakang untuk melihat apakah ada payung di kursi tengah mobil. Karena tidak melihat ada payung di bagian tengah, ia mencopot sepatunya lalu pindah ke kursi tengah untuk menengok ke jok belakang mobil namun hasilnya nihil.

Alhasil mereka tidak punya payung di mobil atau pelindung apapun agar mereka tidak basah saat berjalan ke kantor. Di balik guyuran air hujan ke kaca mobil, mata mamanya menangkap ada bayangan payung yang mendekat ke arah mobil mereka.

Payung itu terus mendekat, tapi mamanya belum bisa melihat siapa yang membawanya. Tubuh si pembawa payung begitu kecil, hampir tertutup seluruhnya.

Ketika sudah di samping pintu supir barulah terlihat bahwa si pembawa payung adalah seorang anak laki-laki dengan pakaian usang yang sudah basah kuyup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun