"Karena kalau hujan kita harus sedia ember untuk menampung air hujan dan karena suku kata terakhirnya adalah -ber, jadi nama bulan yang suku katanya berakhirkan -ber itu berarti kita harus siapin ember."
"Makanya bulan September, Oktober, November, dan Desember itu pasti selalu hujan, Mah."
"Wah kreatif sekali. Kamu ada informasi menarik apalagi nih yang kamu dapatkan di sekolah?" tanya mamanya.
Mendengar itu, Jojo mulai menjelaskan cara menghitung total hari dalam setiap bulan hanya menggunakan buku-buku jari tangan. Ada banyak sekali pelajaran yang Jojo dapatkan di sekolahnya walau ia baru kelas 5 SD mulai dari alam sampai belajar tentang budi pekerti.
Setelah hampir satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai di kantor namun tempat parkir dalam gedung ternyata sudah terisi penuh sehingga yang tersisa adalah lapangan parkir di luar yang tanpa atap.
"Jo, coba kamu cek di belakang ada payung ga?" tanya mamanya.
Jojo segera menengok ke belakang untuk melihat apakah ada payung di kursi tengah mobil. Karena tidak melihat ada payung di bagian tengah, ia mencopot sepatunya lalu pindah ke kursi tengah untuk menengok ke jok belakang mobil namun hasilnya nihil.
Alhasil mereka tidak punya payung di mobil atau pelindung apapun agar mereka tidak basah saat berjalan ke kantor. Di balik guyuran air hujan ke kaca mobil, mata mamanya menangkap ada bayangan payung yang mendekat ke arah mobil mereka.
Payung itu terus mendekat, tapi mamanya belum bisa melihat siapa yang membawanya. Tubuh si pembawa payung begitu kecil, hampir tertutup seluruhnya.
Ketika sudah di samping pintu supir barulah terlihat bahwa si pembawa payung adalah seorang anak laki-laki dengan pakaian usang yang sudah basah kuyup.