Sekarang, situasi berubah 180 derajat. Dia yang cari berita, dia pula yang mengolah, mengedit serta menaikan ke halaman, lalu dia pula yang menshare di berbagai media sosial jaringannya. Tidak ada lagi budaya berjenjang naik bertangga turun di media terkait. Akibatnya, banyak informasi salah yang diedarkan.
Namun, Dewan Pers sebagai lembaga yang bertanggungjawab soal media ini terus meningkatkan sumberdaya wartawan dan media melalui uji kompetensi wartawan (UKW). Hasil seleksi UKW membuat wartawan itu tersisih dengan sendirinya.
Apalagi sekarang, yang dituntut itu adalah kompetensinya. Semakin hebat wartawan itu, semakin cangkih pula bahan bacaannya, semakin banyak referensinya. Ibarat menuntut ilmu, wartawan tak boleh berhenti di situ.
Terus dia tingkatkan kemampuannya, hingga tak putus-putusnya mendapatkan kemajuan dalam bidang dan profesinya.
Meskipun tersebut wartawan itu adalah orang yang paling bebas. Iya, tetapi ada batasan dan rambu-rambu yang jadi acuan wartawan dalam mengolah data yang didapatkannya. Ada kode etik jurnalistik yang menjunjung tinggi moralitas dan norma kemanusiaan, sehingga kebebasan wartawan bisa dipertanggungjawabkan dengan baik dan benar.
Makanya, sejatinya seorang wartawan itu tak pantas menggretak-gretak narasumbernya. Bertanya harus sesuai kompetensinya. Begitu juga seorang narasumber berhak melarang wartawan, sepanjang wartawan yang menemuinya itu tak kompeten.
Antara hak dan kewajiban wartawan dan narasumber itu diatur melalui Undang-undang nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Wartawan tak boleh jadi hakim dan polisi. Dia tetap seorang jurnalis yang memberlakukan narasumbernya sebagai praduga tak bersalah.
Meskipun sepatah kata, wartawan wajib memberikan ruang kepada seseorang yang merasa dirugikan oleh informan pertama. Makanya, wartawan punya tanggungjawab moral memberikan edukasi dan narasi positif, membangun kecerdasan masyarakat melalui sajian menarik di ruangan medianya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI