Mohon tunggu...
Prastawa Alif Pamuji
Prastawa Alif Pamuji Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Astrophile.

Suka astronomi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suara Batin

2 Maret 2023   00:47 Diperbarui: 2 Maret 2023   01:07 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tumblr Gallery

Gubuk itu terlihat begitu kecil, berada di tepi Sungai Serayu. Gubuk itu terbuat dari kayu pohon jati kecil yang mati, disusun ala kadarnya, dan dijerat dengan tali rafia agar bisa berdiri. Atapnya terbuat dari daun-daun pohon kelapa kering, yang kalau hujan turun sudah pasti akan bocor.

Di depan gubuk itu, Sukatro sedang jongkok memandangi aliran-aliran sungai yang tenang. Sesekali terlihat ikan-ikan kecil berenang di antara lumut-lumut tebal.

Aku ini seperti ikan-ikan kecil itu. Bebas ke sana kemari namun tidak bisa berbicara. Enak sekali menjadi mereka, tidak bisa berbicara pun ada temannya. Barangkali dulu Tuhan Allah salah memasukkan jiwaku ke tubuh manusia yang menjijikan ini, aku akan protes jika bertemu dengan-Nya nanti, batin Sukatro.

Sayub-sayub, suara azan terdengar lirih dari arah desa. Sudah waktu ashar. Sukatro segera berdiri, berjalan menuju ke sungai untuk mengambil wudhu, lalu bergerak ke gubuk kecil yang memang dibuat olehnya hanya untuk beribadah kepada Tuhan.

Tempat ini lebih bersih daripada tempat ibadah, masjid, yang terletak di sebelah rumah Pak Kaji, batinnya.

Pernah suatu ketika kucing milik Bu Sami berbicara kepada Sukatro bahwa ia pernah ditendang oleh Pak Kaji saat ia sedang berjalan santai di depan warung makan Bu Sami.

Dasar kucing jelek, bikin tidak nafsu makan, kata Pak Kaji. Badannya terasa sangat sakit, padahal ia sedang mengandung lima bayi yang hampir lahir. Aku tak mengerti kenapa Pak Kaji, orang yang selalu menjadi imam di masjid melakukan itu kepadaku, lanjutnya sembari menangis di hadapan Sukatro.

Ada lagi yang berbicara kepada Sukatro, seekor tokek jantan yang berada di pohon mangga dekat masjid. Ia bilang, kemarin malam ia melihat Pak Kirmo pergi ke dalam masjid. Setelah beberapa menit, Pak Kirmo keluar dari masjid dan saku celananya terlihat begitu tebal.

Tokek itu memanggil Pak Kirmo dengan keras dan berharap kepada Pak Kirmo, orang yang menjabat sebagai bendahara dan sering menjadi muazin di masjid itu, untuk mengembalikkan uang ke dalam kotak amal masjid. Tapi ia justru dilempari batu oleh Pak Kirmo. Berisik kau tokek sialan, dasar hewan terkutuk, kata Pak Kirmo.

Lalu hari ini, toa masjid itu bersuara, yang tak lain dan tak bukan adalah suara Pak Kirmo, bahwa kotak amal masjid sudah kosong telah habis dicuri orang. Kehilangan ini tidak cuma satu atau dua kali, tapi sudah lima kali terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun