Mohon tunggu...
Prastawa Alif Pamuji
Prastawa Alif Pamuji Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Astrophile.

Suka astronomi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suara Batin

2 Maret 2023   00:47 Diperbarui: 2 Maret 2023   01:07 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tumblr Gallery

Sukatro berpikir, bahwa tempat yang suci tidak seharusnya dipenuhi dengan orang-orang kotor. Mereka tidak kenal dengan kata taubat, atau bahkan kata suci itu sendiri. Kata taubat hanya dijadikan formalitas, dengungan palsu, agar mereka terlihat bersih dan suci di depan orang-orang.

Maafkan semua ciptaan-Mu ini, Tuhan, batin Sukatro. Ia lalu bersiap untuk beribadah sholat.

***

"Kotak amal sudah beberapa kali kebobolan. Siapa pelakunya?"

"Tidak tahu, Pak Kaji. Tetapi tadi pagi, saya melihat Sukatro sedang berada di belakang masjid. Ia menatap pohon mangga agak lama, kemudian pergi. Apa mungkin pelakunya Sukatro?" Pak Kirmo menjawab dengan yakin.

"Orang bisu itu? Sungguh biadab sekali kelakuannya. Kalau begitu, kita cari saja dia. Kalau perlu, geledah rumahnya. Panggil semua warga RT sini, kita gerebek rumah Sukatro malam ini juga, Kirmo."

***

Setelah selesai beribadah, Sukatro berniat untuk pulang ke rumah karena hari sudah sangat sore.

Jarak dari gubuk ke rumahnya sedikit jauh. Melewati pohon-pohon pinus, lalu air terjun Curug Pitu, lalu sawah milik Pak Kaji, baru nanti sampai rumahnya di sebelah sawah itu.

Sukatro mulai berjalan dengan santai. Hawa dingin mulai terasa, menyelimuti kulitnya yang cokelat, berwarna sawo matang lebih tepatnya. Badannya yang pendek dan berisi, dengan tinggi 160 sentimeter dan berat 90 kilogram, membuatnya tak terlalu merasa kedinginan.

Mungkin jika dia kurus kerempeng, tak berisi seperti tengkorak hidup kata orang-orang, mungkin sudah kedinginan dan sering pulang lebih awal dari gubuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun