Mohon tunggu...
N. Alam Pratama
N. Alam Pratama Mohon Tunggu... Lingkar Ide

Penikmat musik, anime dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Telah Mati, Mungkin Lebih Dari Seribu Hari

10 Mei 2025   12:30 Diperbarui: 10 Mei 2025   12:30 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kukatakan, aku telah mati mungkin lebih dari seribu hari--ditubuhku sejak belatung-belatung cemas gerogoti sembilan puluh sembilan bentuk matahari, dari dini hari ke dini hari.

Tak ada melati, tak ada serimpi, tak ada kamboja, apalagi kembang tujuh rupa.

Inori-inori pun beku di mulut-mulut sekelilingku, seperti berhala-berhala batu mengacuhkan kesakitanku.

Aku mati di kedalaman sepi tak terukur yang melampaui bahasa-bahasa puisi, yang tak dikenali ilmu-ilmu filologi.

Entah mengapa seorang pun tak menyadari. Mereka masih mengajakku bicara, seolah menganggap kematianku sebuah fiksi.

Padahal, aku benar-benar telah mati mungkin lebih dari seribu hari.

Adakah kematian lain selain kesepian?

Jika benar ada, itu tak lain bernapas tanpa punya harapan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun