Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Cerpen] Keraguan Asrika

22 Februari 2017   20:56 Diperbarui: 1 April 2017   08:46 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Dok femina.co.id

Begitupula setelah lulus kuliah. Ketika Aksel bahagia diterima bekerja di perusahaan multinasional, Asrika harus bersabar mengirimkan lembar demi lembar surat lamaran ke berbagai institusi. Lebih dari 100 surat lamaran Asrika kirim, belum satupun panggilan untuk tes tertulis maupun wawancara. Akhirnya, karena tuntutan kebutuhan ia merintis usaha bunga hias.

Kini setelah rasa percaya dirinya sedikit pulih karena usaha bunga hias yang ia rintis semakin berkembang, Aksel malah mendapat beasiswa pada sebuah universitas ternama. Asrika tidak iri, tidak juga sakit hati. Asrika malah senang karena Aksel mendapatkan semua impian yang ingin ia raih. Hanya saja dengan beragam pencapaian yang diraih Aksel, membuat Asrika semakin merasa tidak layak bersanding dengan Aksel. Ia merasa ada gadis lain yang lebih sesuai untuk mendampingi Aksel.

***

“As, ini. Kuat ya, Nak.”

Asrika menerima sehelai kertas berwarna ungu yang diberikan sang ibu. Kertas tersebut terlihat cantik dengan pita keemasan yang dibuat melingkar. Ada inisial A dan K pada kertas tersebut.

“Itu undangan dari Aksel, tadi ibunya yang memberikan. Tak terasa ya sudah selesai aja Aksel kuliah. Aksel pulang Senin besok dan katanya ingin langsung mengadakan pesta pernikahan dengan gadis yang ia pilih,” tanpa Asrika tanya, sang ibu menjelaskan dengan rinci.

Asrika menghela napas – berat. Ia melempar pandangan pada hamparan dedaunan berwarna tosca yang tumbuh di depan rumah. Sekuat tenaga ia berupaya menahan agar butiran bening tidak menetes dari matanya.

“Mungkin kalian belum berjodoh,” kata sang ibu sambil memeluk Asrika.

***

Hujan menghujam sangat deras disertai angin yang menderu kencang. Tirai penutup jendela di kamar Asrika terbang berkibar-kibar.

As, aku udah pulang, nanti kalau hujan sudah reda mampir ke rumah ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun