Setiap kali duduk di depan meja interview, sebagian besar dari kita mungkin bertanya-tanya:Â "Apa yang sebenarnya dicari oleh HRD dari kandidat seperti saya?"
Apakah mereka lebih mementingkan jam terbang panjang atau justru potensi besar yang belum sepenuhnya terasah? Apakah pengalaman bertahun-tahun selalu lebih unggul dibandingkan semangat belajar dan kemampuan adaptasi yang kuat?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini tidak asing lagi, apalagi di era kerja yang kini lebih cair dan multidimensi.Â
Dunia kerja tak lagi hanya menilai seseorang dari deretan sertifikat atau daftar pengalaman kerja yang impresif. HRD kini memandang lebih dalam - mencari karakter, nilai, dan kemampuan interpersonal yang sejalan dengan budaya kerja perusahaan.
Soft Skills dan Culture Fit: Kartu As yang Tak Tertulis
Dalam banyak kasus, HRD justru menaruh perhatian besar pada soft skills: kemampuan komunikasi, kerja sama tim, cara menyampaikan ide, bahkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan.
Saya pernah membaca sebuah artikel di mana seorang HR professional dari sebuah startup teknologi yang ada di Jakarta, berkata; "Kami seringkali lebih memilih kandidat yang belum terlalu berpengalaman, tapi punya attitude bagus dan cepat belajar, daripada yang pengalaman 10 tahun tapi sulit beradaptasi," ujarnya.Â
Culture fit - kecocokan dengan nilai, gaya kerja, dan etika perusahaan - juga semakin dilirik. Dalam tim yang dinamis, kepribadian yang positif, mampu diajak kolaborasi, serta punya growth mindset bisa menjadi pembeda besar.Â
Itulah sebabnya dalam banyak sesi interview, pertanyaan-pertanyaan seperti; "Bagaimana kamu menyikapi konflik dalam tim?" atau "Pernahkah kamu gagal? Bagaimana kamu bangkit?"Â menjadi kunci untuk menilai karakter si pelamar.
Bukan Sekadar Jawaban, tetpi Juga Gestur dan Energi