Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Penyuka warna biru yang demen kopi hitam tanpa gula | suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Adakah Solusi Selain Barak?

7 Mei 2025   14:59 Diperbarui: 7 Mei 2025   15:13 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi berbincang dengan siswa saat program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Bandung. (Sumber: Tim Media KDM)

Akhir-akhir ini kita banyak digemparkan oleh kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Seperti yang kita ketahui, bahwa Kang Dedi secara resmi telah menjalankan beberapa kebijakan yang menjurus pada dunia pendidikan. Seperti larangan study tour, wisuda untuk semua jenjang pendidikan sekolah, hingga anjuran membawa bekal ke sekolah, dan pendidikan khusus 'anak nakal' di barak militer.

Poin yang menjadi pusat perhatian dalam tulisan singkat ini ialah pendidikan khusus 'anak nakal' di barak militer. Jadi, program ini akan mengirimkan anak-anak dengan kriteria "bandel" ke barak Tentara Nasional Indonesia (TNI) selama dua pekan guna menimbulkan efek jera. 

Apa saja kriteria anaknya? Yang masuk dalam kriteria pelajar bandel di antaranya; anak yang suka tawuran, pecandu alkohol, suka main game, melawan orang tua, perokok, dan anak yang suka bolos. Selain itu, anak-anak yang "lemah gemulai" juga masuk dalam pertimbangan pemerintah setempat. Bahkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur juga membuat kebijakan, akan mengirim anak-anak yang terindikasi lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) ke barak militer untuk dibina.

Mereka akan ditempa dan mendapatkan pendidikan yang berorientasi pada pembentukan kedisiplinan, pembentukan mental, karakter, dan tanggung jawab.  Tentu saja program ini sifatnya tidak memaksa, namun sukarela. Orang tua yang tidak menyerahkan anaknya, maka pihak pemerintah tidak memaksa. Meski demikian, kebijakan ini menuai pro dan kontra. Ada yang setuju dan ada pula yang tidak setuju. 

Menurutku, kebijakan ini sangat baik dan efektif guna memberikan efek jera dan pelajaran bagi pelajar yang nakal. Kita melihat belakangan banyak sekali peristiwa yang terjadi di sekitar kita yang melibatkan anak-anak sekolah, baik tawuran, bullying, maupun hal-hal negatif lainnya.

Selagi pendidikan yang dilakukan di dalam barak tidak menyakiti mereka secara fisik dan tidak ditempa sama halnya dengan TNI, tentu kita sangat riang gembira menerimanya. Aku rasa hal ini perlu diterapkan di daerah-daerah lain, bukan hanya Jawa Barat saja. Karena di lingkungan sekitarku saja banyak anak-anak yang bandel, contohnya dalam keluarga.

Pendidikan ini menjadi solusi bagi orang tua maupun pihak keluarga yang sudah tidak bisa membina anak-anaknya dengan baik. Terkadang usaha orang tua dan keluarga seakan tidak membuahkan hasil, karena anak tersebut membangkang. Beragam cara yang dilakukan tidak mempan untuk anak tersebut, maka pendidikan inilah jalan terbaik.

Selain dididik dalam barak, ada hal yang menurutku tidak kalah penting, ialah pendekatan psikologis. Anak-anak bandel dan nakal ini juga harus mendapatkan penanganan psikologis dari psikiater, karena kebutuhan emosional mereka juga harus terpenuhi. 

Penyebab anak nakal tidak hanya karena paparan pergaulan yang buruk. Lebih dari itu, pengaruh parenting, absennya peran orang tua dan guru, efek bullying juga menjadi penyebabnya. 

Oleh karenanya, dengan adanya pendekatan psikologis, akar masalah pada anak dapat tersentuh. Selain itu pula, hal ini dapat membantu perkembangan emosional yang sehat, membangun kepercayaan dan koneksi pada anak dan orang dewasa (orang tua, guru, maupun konselor), dan mendukung strategi jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun