Sultan Agung menggerakkan ekonomi agraris sebagai pilar utama pembangunan kemakmuran rakyat. Untuk menopang ekonomi agraris juga dikembangkan ekonomi maritim di wilayah pesisir utara Jawa yang sudah menjadi kekuasaannya. Pada saat itu Mataram menjadi negara pengekspor beras.
c) Pembangunan Angkatan Perang
Sultan Agung melakukan pembangunan militer secara besar-besaran dalam membangun kekuatan Angkatan perangnya. Sehingga Mataram memiliki kekuatan militer terbesar di Nusantara saat itu. Namun lebih dominan dalam pembangunan Angkatan darat.
d) Pengembangan Bidang Budaya
Pada masa Sultan Agung Mataram mengalami perkembangan bidang sosial budaya. Perkembangan sosial budaya tersebut meliputi:
1) Perubahan perhitungan tahun Saka (Hindu) menjadi tahun Islam (Hijriah) yang didasarkan pada perputaran bulan (1633).
2) Lahirnya karya sastra antara lain Serat Sastra Gending (ajaran tasawuf), kitab Serat Nitisruti (pedoman mencapai kedamaian hidup), kitab Serat Nitisastra (pedoman pemerintahan), kitab Serat Astabrata (delapan pedoman kepemimpinan), dan kitab Surya Alam (perpaduan hukum Islam dan adat Jawa). Kitab-kitab tersebut isinya secara umum tuntunan moral, kepemimpinan dan siskritisme ajaran Islam-Hindu.
Pendek kata, pada masa Sultan Agung telah berkembang karya sastra. Hal ini membuktikan bahwa Sultan Agung tidak hanya ahli perang, ahli politik, ahli agama, ia juga ahli budaya.
Karya-karya sastra tersebut menunjukkan bahwa raja juga mempedulikan perkembangan karya sastra. Budaya tulis yang sudah lama terkubur (sejak zaman Kediri), mulai tumbuh kembali pada masa Mataram di bawah pemerintahan Sultan Agung.
e) Pembangunan Bidang Agama
Pada masa Sultan Agung, agama Islam dijadikan sebagai agama negara. Hal ini berarti Islam juga menjadi agama yang dianut oleh rakyat Mataram. Selanjutnya dalam pengembangan agama Islam diterapkan kebijakan Islam sebagai kemenangan politik.