Insentif pajak bisa diberikan bagi restoran yang menyumbangkan makanan sisa. Infrastruktur rantai dingin perlu dibangun agar distribusi makanan tidak mudah rusak. Semua itu membutuhkan keberanian politik, bukan sekadar imbauan moral.
Di tingkat internasional, Indonesia perlu bersuara dalam forum global. Negara berkembang harus menolak standar pangan yang merugikan petani kecil.
Diplomasi pangan harus diarahkan untuk memastikan keadilan distribusi, bukan sekadar perdagangan bebas. Dengan begitu, Indonesia bisa menunjukkan kepemimpinan moral di tingkat dunia.
Peran masyarakat sipil juga sangat penting. Komunitas lokal bisa membentuk bank makanan, mengedukasi warga, dan membangun gerakan sosial.
Media massa bisa mengangkat isu ini sebagai agenda publik, bukan hanya berita musiman. Akademisi bisa meneliti dampak sosial-ekologis sampah makanan dan menawarkan solusi. Semua aktor sosial perlu terlibat dalam perubahan.
Namun, inti dari semua solusi adalah perubahan paradigma. Kita harus berhenti melihat makanan sebagai barang konsumsi semata.
Pangan adalah hak dasar, hasil kerja manusia, dan anugerah alam. Paradigma baru ini akan mendorong kebijakan, perilaku, dan budaya yang lebih adil. Tanpa perubahan paradigma, solusi teknis hanya akan menjadi tambal sulam.
Dalam konteks warga, tanggung jawab pribadi tidak boleh direduksi. Setiap orang adalah aktor penting dalam rantai pangan. Setiap kali kita membuang makanan, kita ikut memperbesar krisis sosial, ekonomi, dan ekologis.
Karena itu, kesadaran bahwa setiap warga bertanggung jawab atas setiap makanan yang mereka buang, harus menjadi fondasi gerakan nasional melawan pemborosan.
Akhirnya, jalan keluar menuntut sinergi: individu yang sadar, masyarakat yang aktif, negara yang tegas, dan dunia yang adil. Jika semua ini terwujud, kita bisa menjawab pertanyaan "membuang makanan, membuang siapa?" dengan tegas: kita tidak lagi membuang siapa pun, karena makanan yang ada benar-benar sampai ke mereka yang membutuhkan.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI