Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Asa dari Kemudo di Tengah Kasak-kusuk Impor Pangan

3 November 2018   16:45 Diperbarui: 10 November 2018   01:09 1554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantor Kepala Desa Kemudo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah/foto Danone

Regulasi ini menjabarkan lebih lanjut terkait cerminan terpenuhinya pangan dalam hal ketersediaan pangan yang cukup tidak hanya dalam jumlah tetapi mutunya. Selain itu, pangan tersebut harus "aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan".

Dalam undang-undang itu juga diperjelas pencapaian ketahanan pangan dengan mewujudkan kedaulatan pangan (food soveregnity) melalui kemandirian pangan (food resilience) dan keamanan pangan (food safety).

Kemandirian pangan diartikan sebagai kemampuan negara dan bangsa memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup hingga tingkat perseorangan. Pemenuhan kebutuhan hingga unit terkecil itu dicapai dengan memanfaatkan potensi sumber daya setempat baik alam, manusia, sosial, ekonomi hingga kearifan lokal.

Sementara keamanan pangan merupakan "kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah  pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi".

Pasca masa keemasan itu Indonesia kembali mengimpor beras. Mengacu pada data BPS, Indonesia pernah mengimpor 5 juta ton pada 1999. Tahun sebelumnya, jumlah impor Indonesia mencapai 6 juta ton. 

Infografis dokpri
Infografis dokpri
Pertanian terpadu

Hermawan Kristanto sudah lebih dari lima tahun menjadi orang nomor satu di Desa Kemudo. Dalam rentang waktu itu ia dan aparat desa sudah melakukan sejumlah terobosan. Salah satunya menerapkan sistem pertanian terpadu.

Sistem ini mengedepankan pertanian yang lebih modern dan berwawasan lingkungan. Tidak hanya itu, sistem ini pun berkesinambungan dengan memanfaatkan semua potensi yang ada.

Kantor Desa Kemudo menjadi sentra sekaligus etalase mini penerapan konkret sistem tersebut. Di belakang gedung utama terdapat lahan pertanian seluas belasan meter persegi. Tanaman terong dengan daun hijau lebat tumbuh di sana. Sebagian besar sudah menghasilkan buah yang siap dipanen.

Tak jauh dari situ, berdiri kandang sapi dengan seekor sapi jantan di dalamnya. Di sampingnya terdapat beberapa ember hitam. Di dalamnya ikan lele berbagai ukuran hidup secara terpisah. Persis di sampingnya, berdiri sebuah gudang terbuka dengan tumpukan palet (dua lapis bilah kayu yang tersusun searah yang disela balok melintang, digunakan untuk menumpuk muatan supaya dapat diangkat sekaligus) di beberapa sisi.

"Tanaman pertanian ini menggunakan pupuk organik yang diolah oleh masyarakat setempat," tandas Hermawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun