Sore ini, di akhir Ramadhan tampak Jimin bergegas memasuki masjid kampungnya bersamaan dengan berakhirnya kumandang adzan Ashar. Jimin mengenakan sarung berwarna putih, baju koko juga putih, dan peci hitam. Langkahnya mantab menuju ujung masjid barisan depan yang masih kosong. Berdiri di pojok itu Jimin bersiap menjalankan sholat Tahiyatul Masjid. Lelaki berumur setengah abad itu tampak khusyuk dalam ibadah penghormatan pada masjid. Sisa-sisa air wudhu masih menetes satu dua.
Jimin tetap duduk di posisinya menunggu iqomah menuju sholat Ashar. Di belakangnya mulai berdatangan jamaah yang akan mengikuti sholat. Dan, hingga usai menjalankan sholat Ashar berjamaah plus sholat sunah, Jimin masih melanjutkan duduk di shaf terdepan paling ujung kanan. Di tengadahkan tangannya sambil melafalkan doa yang sangat panjang. Jamah yang tadi mengisi setengah masjid sudah mulai meninggalkannya, kini tinggal Jimin seorang diri masih dalam posisi berdoa di dalam masjid.
Di luar, di serambi masjid bang Ghofar, marbot masjid menyibukkan diri mengepel bekas kaki dan air yang tersisa di lantai berwarna putih itu. Hingga pekerjaannya rampung, bang Ghofar sempat menengok ke dalam masjid, dilihatnya Jimin masih dalam posisi berdoa. Lalu, bang Ghofar memilih istirahat, duduk bersandar pada pilar di serambi masjid.Â
Meski matanya terpejam, telinga bang Ghofar terjaga saat mendengar langkah Jimin keluar dari dalam masjid. Padahal langkah Jimin sudah digerakkan sangat hati-hati ketika mengetahui bang Ghofar bersandar sambil memejamkan matanya.
"Doa sampeyan panjang banget mas," sapa bang Ghofar pada Jimin yang langkahnya baru mencapai satu sendal.Â
Jimin membatalkan memakai sendal karena sapaan itu. Ia kembali melepas sendal di satu kakinya, lalu melangkah mendekati bang Ghofar.Â
"Iya bang, mumpung masih tersisa Ramadhan-nya, kusempatkan memperbanyak doa, mohon ampunan pada Allah SWT." Jimin lalu mengambil posisi duduk di seberang bang Ghofar.
"Rupanya bener-bener akan tobatan nasuha sampeyan dengan doa permohanan ampunan sepanjang itu!"
"Yah semampuku saja bang, berikhtiar."
"Bukan melebihkan ya, kayaknya salah dan dosa sampeyan gak sebanyak itu deh!?" bang Ghofar menyimpan penasaran.
"Kepo deh sampeyan bang...," Jimin sedikit melepas tawa menanggapi rasa penasaran bang Ghofar itu.
"Memang bagus sih memperbanyak doa di akhir Ramadhan, apalagi doa memohon ampunan-Nya. Aku sempat iri tadi, kenapa gak melakukan seperti yang sampeyan perbuat, padahal belum tentu kita dipertemukan dengan Ramadhan mendatang."
"Ya tadi sih sudah sempat kumintakan ampunan juga sampeyan. Aku mohonkan ampunan pada hampir semua orang yang kukenal, juga yang gak kukenal. Semoga saja doaku diijabah oleh Yang Maha Pengampun."
"Ah yang bener mas. Maturnuwun loh kalau aku juga sudah sampeyan doakan dan mohonkan ampunan. Gak nyangka kalau ternyata doa yang panjang itu bukan untuk diri sampeyan sendiri. Sekali lagi maturnuwun sanget loh mas."
"Santai saja mas, jangan GR, toh bukan sampeyan saja kok yang tadi kumintakan ampunan. Selain diriku, keluargaku, teman dan kerabatku, semua tetangga yang baik padaku maupun yang kadang kurang bersahabat, semua kudoakan semoga Allah Yang Maha Pengampun membukakan pintu taubat-Nya. Termasuk juga semua pejabat, mulai dari RT, RW, Lurah, Camat, Bupati, Gubernur, sampai Presiden yang kadang khilaf dari amanah yang diembannya juga sudah kumintakan ampunan, semoga usai Ramadhan ini mereka bisa benar-benar menjaga amanah, bisa berlaku adil pada semua warganya, gak lagi mendahulukan keluarga, sanak familinya ketika urusannya adalah kesejahteraan bersama...," Jimin menjeda ketika melihat ekspresi wajah bang Ghofar tampak takjub bukan kepalang.
"... Beneran gak usah GR loh ya bang, tadi aku juga mendoakan dan memohonkan agar semua pejabat mulai  dari tingkat kelurahan hingga pejabat pusat yang selama ini memakai dana untuk kemaslahatan orang banyak tapi dipakai untuk kepentingannya pribadi maupun keluarga juga supaya dibukakan ampunan dan diberi hidayah untuk tobat. Semoga kekhilafan kemarin adalah yang terakhir, semoga semua kembali ke jalan Allah SWT setelah sadar telah melakukan dosa, semoga semua mengakui, menyesali, dan berkomitmen untuk berubah. Aku sangat berharap Allah SWT mengabulkan doa-doaku supaya gak ada lagi mengoplos BBM demi keuntungan pribadi dan kelompoknya, gak ada lagi ormas yang minta THR dengan paksa, gak ada lagi pejabat yang memaksakan anaknya menduduki jabatan padahal sebenarnya gak punya kapasitas, gak ada lagi yang menyunat anggaran untuk pembangunan yang dampaknya bisa menghilangkan nyawa sesama, gak ada lagi buzzer yang membenarkan yang salah, gak ada lagi penyuap dan penerima suap, gak ada lagi penjahat yang lolos dari hukuman karena memainkan keadilan, gak ada lagi orang yang menghina ciptaan-Nya karena status sosialnya, gak ada lagi orang yang menjual ayat-ayat Allah untuk memperkaya diri sendiri, gak ada lagi orang yang meregang nyawa karena kesalahan membuat kebijakan, pokoknya aku berdoa di hari terakhir Ramadhan ini semoga esok pagi mulai dari fajar menyingsing aku benar-benar dipertemukan dengan manusia-manusia yang hatinya fitri, manusia-manusia yang telah mebulatkan tekad untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa. Hari ini aku menjalankan kewajibanku sebagai hamba AllahSWT untuk mohon ampunan dan berdoa, dan aku meyakini bahwa Allah SWT sangat senang akan tobat hamba-Nya. Tobat yang akan menjadi solusi atas berbagai krisis dan permasalahan yang selama ini menimpa manusia."  Â
Sampai disitu bang Ghofar dibuat melongo.Â
"Astaghfirullaahal'adzim... Saya mohon kepada Allah Yang Maha Agung. Dzat yang tiada Tuhan melainkan hanya dia Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri. Aku bertaubat kepada-Mu Ya Allah...." bang Ghofar pun langsung menangkupkan kedua telapak tangannya untuk memohon ampunan setelah mengetahui begitu mulianya doa yang dipanjatkan oleh mas Jimin di akhir Ramadhan kali ini.
Lalu, sayup-sayup takbir mulai berkumandang.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. La Ilaha Illallahu  wallahu Akbar. Allahu Akbar wa lillahil hamdu...
Selamat idul fitri 1446 hijriah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI