Mohon tunggu...
Cataleya Arojali
Cataleya Arojali Mohon Tunggu... Buruh -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Cerpen Horor) Lelaki Jadah

20 April 2016   18:28 Diperbarui: 20 April 2016   18:47 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padahal, pertemuanku dengannya hanya sekedar pertemuan sementara sebagai teman di dunia maya. "Tapi .... ah .... Gila ..." Kenapa aku terbuai dengan rayuan setan durjana sehingga aku jatuh dalam pelukannya, penuh dengan nista.

"Mas, Pliease ... Mas, aku minta tanggung jawabmu!" Aku kembali memohon dengan menelponnya. "Hayo dong Mas ... walaupun, perkenalan kita di dunia maya. Tapi kita masih satu kota. Tidak jauh untuk saling bertemu.!" Aku terus merintih.

"Gugurin saja janin itu!" ucapnya sengit.

"Em ... gitu yah." sambungku merendah. Tampa pamit lagi, aku matikan telepon itu.

Sakit hati ini. Pertama aku mengenalnya di dunia maya mengaku sebagai pengusaha, yang ternyata hanya pemimpin warung nasi padang di Tanggerang. Aku mempercayainya untuk bertemu dengan dia sebagai kelanjutan percintaan di dunia maya. Aku yakin ia lelaki bertangung jawab, terbukti dari janji-janjinya yang akan membawa aku sampai kejenjang pernikahan.

Aku belum puas, jika tidak menemuinya lagi. Ini adalah permohonan yang ketiga kalinya, untuk minta pertanggung jawaban, berarti yang terakhir aku tegaskan dia untuk segera menikahiku demi janin yang ada di dalam rahimku.

Keesokannya aku datangi dia, dimana ia bekerja di warung nasi padang. Tampa sepengetahuannya, aku kejutkan dia dengan melabrak dan caci maki didepan pembeli. Sontak semua mata tertuju padaku.

"Sampai kapan pun, aku akan mengejarmu demi anakmu yang aku kandung!" Aku mengancam dengan keras.

Tiba-tiba ia menarik lenganku. "Oke, aku akan bertangung jawab atas janin yang kau kandung!" Dia berkata begitu sambil mengajakku kebelakang dapur. "Oke sayang. Maafkan aku, bagaimana ini kita bicarakan di kontrakan aku. Sehabis selesai melayani pembeli, aku akan segera menyusul. Sekarang kamu pergi duluan kerumah kontrakanku. Dan tunggu aku disana!" 

Syukur, kini ia telah terbuka hatinya. Aku dibelainya lalu di usapkan air mataku yang hampir mengering. Dengan lembut, bibirku dielus dengan ibu-jari tangannya. "Sudah, sekarang kamu ke kontrakan. Aku akan menyusul nanti."

Anggukkan kepalaku menyetujuinya dan aku pun bergegas ke rumah kontrakan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun