Mohon tunggu...
Carni Sitiani
Carni Sitiani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Diary

Yang Tak Terucap, Kutulis di Halaman Ini

16 Juli 2025   14:21 Diperbarui: 16 Juli 2025   14:21 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Ada hal-hal yang terlalu berat untuk diucapkan, bahkan pada diri sendiri. Kata-kata itu hanya menggantung di benak, menunggu saat             yang tak pasti untuk dilepaskan. Maka kutulis di laman ini.

Bukan karena aku pandai merangkai kalimat, tapi karena hanya dengan menulislah aku merasa lega, seperti hujan pertama setelah musim kemarau yang panjang.

Aku pernah ingin jujur tentang rasa takut, tentang luka masa lalu yang belum sembuh, tentang mimpi yang mulai pudar.

Tapi suara-suara di luar sana terlalu ramai, dan aku takut dianggap lemah. Maka kutulis. Tulisan ini bukan tentang siapa-siapa, tapi juga bukan hanya tentang aku.

Ini tentang semua orang yang pernah merasa sendirian di tengah keramaian. Tentang mereka yang tertawa tapi menangis dalam diam.

Tentang kamu yang membaca ini dan diam-diam berkata dalam hati "Aku juga pernah merasa begitu."

Kita hidup di zaman di mana orang mudah berbicara tapi sulit benar-benar mendengar. Di mana banyak hal dibagikan tapi sedikit yang benar-benar terbuka.

Maka tulisan menjadi tempat paling jujur tidak menilai, tidak menghakimi. Ia hanya menerima. Jika kamu membaca ini, mungkin kamu juga punya hal yang tak sempat terucap. Pesan yang tertahan. Perasaan yang tak tahu harus kemana.

Tidak untuk viral. tidak untuk disukai, tapi untuk jiwamu sendiri. Sebab tidak semua hal harus terdengar untuk menjadi nyata. Kadang, justru yang paling tulus. Dan mungkin, tulisan yang kamu anggap sepele bisa menjadi jembatan orang lain untuk merasa dimengerti.

Dihalaman ini, aku menuliskan yang tak terucap . Bukan karena aku tak punya suara tapi karena di sini, aku akhirnya jujur. Dan kamu pun boleh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun