Mohon tunggu...
Yeni Kurniatin
Yeni Kurniatin Mohon Tunggu... Administrasi - if love is chemistry so i must be a science freaks

Ordinary creature made from flesh and blood with demon and angel inside. Contact: bioeti@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Orion, Plan D [03:57]

5 Juli 2018   07:37 Diperbarui: 2 Juli 2023   11:54 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Plan A:Gee menerima keputusan Pak Rusliwa untuk bersekolah di Patrion dengan suka cita. Semua senang

Plan B: Gee menerima keputusan Pak Rusliwa bersekolah di Patrion dengan syarat dibelikan handphone baru untuk mengganti handphone yang hilang. Semua senang.

Plan C: Gee menerima keputusan Pak Rusliwa bersekolah di Patrion setelah dibujuk berlapis. Bujukan pertama oleh Bu Ilma, kemudian oleh Erin. Oleh Jimmi (jika diperlukan). Dirayu-rayu, bahkan dijanjikan handphone baru untuk mengganti handphone yang hilang. Lalu semuanya Senang.

Plan D: Sebetulnya tidak terpikirkan ada plan D. Tapi jika anaknya ngambek, gak mau keluar kamar, gak mau makan. Gak mau jawab kalau dipanggil.

Untuk saat ini belum ada yang senang. Kecuali Teh Wit yang tengah bersuka cita dengan David.

Jika plan D gagal?

Tenang...

Bu Ilma menarik nafas. Sugesti untuk diri sendiri.

Masih ada plan E sampai plan Z.  Jika Plan Z masih gagal. Masih ada plan A.1.

"Gee..." panggil Bu Ilma pelan. "Bunda boleh masuk Neng?"

Panggilan Neng, semacam panggilan tertinggi untuk merayu. Semua anak perempuan mendapat panggilan Neng di sini. Di Kota Bandung. Kota yang indeks kebahagiaannya meningkat. Tapi tidak untuk kali ini. Tidak berlaku bagi Gee.

Gee tidak menjawab panggilan Bunda. Dia malah membenamkan kepalanya pada tumpukan bantal.

"Gee..." panggil Bu Ilma sekali lagi. "Bunda masuk yaa? Tadi Teh Wiwit bawa sate ayam."

Bunda mengangkat nampan yang masih tergeletak. Merapikan susunan piringnya. Menekan gagang pintu dengan perlahan, menahannya sampai mendapat jawaban.

"Gee..." panggilan Bu Ilma. Ragu karena tidak mendapat jawaban.

"Iya Bun, tidak dikunci kok." Jawab Gee dengan malas. Suara gagang pintu seolah memaksa Gee untuk menjawab.

Kamar mungil bersuasana Shabby Chic. Berlapis wall paperblue baby dengan gambar sulur mawar.

"Memangnya kamu gak lapar?" sapa Bunda. Lalu meletakan nampan di samping tempat tidur Gee.

Gee hanya menggeliat mengeluarkan tubuhnya dari selimut. Beberapa buku ikut berjatuhan.

"Teh Wit beli sate ayam nih, kasihan sudah jauh-jauh belinya tapi gak dimakan."

Gee merasa tak harus bersimpati atas perjuangan Teh Wit membelikan sate ayam kesukaannya.

Bu Ilma menarik  selimut yang menjuntai ke lantai. Memunguti buku-buku yang berjatuh. Tanpa sengaja Bu Ilma memperhatikan kolong tempat tidur Gee. Banyak sampah kemasan makanan.

 "Kombinasi diet dengan program pemutihan tanpa pengawasan pakar, bisa menyebabkan emosi jiwa Gee..."

Gee hanya mengerucutkan mulutnya. Pernyataan Bunda sangat tidak relevan, tidak ada bukti penelitian tentang diet dan program pemutihan. Walau dalam hati yang paliiiiiing dalam Gee ingin tertawa juga.

"Bunda kan tahu, Gee tidak mau sekolah di Patrion." Rengek Gee. "Erin saja bisa nolak. Mengapa Gee gak bisa?"

"Hmmm..."

Gee tidak sepenuhnya salah. Bu Ilma dan Pak Rusliwa tidak menanyakan kesediaan Gee untuk bersekolah di Patrion terlebih dahulu. Menurut Pak Rusliwa, tawaran dari temannya itu sulit untuk ditolak. Pertama, Patrion membutuhkan Gee. Kedua sebagai alumni, Pak Rusliwa merasa terpanggil untuk membantu. 

Saat ini Bu Ilma berusaha berdiri di tengah-tengah.

Gee menggerutu, "yang membuat sekolah bagus itu muridnya Bun, bukan kebalik."

Bu Ilma lega, Gee mau mengeluarkan unek-uneknya. Yang paling berbahaya jika Gee tidak mau ngomong sama sekali.

 "Kan Bunda tahu, Patrion itu untuk siapa."

Gee tidak suka Patrion, Patrion lebih mirip tayangan sinetron dibanding tempat buat belajar. Patrion hanyalah tempat bersekolah untuk anak-anak borju, malas dan manja. Hedon! Salah satu tempat di Indonesia untuk memamerkan kekayaan selain mall.

"Menurut Ayah tidak seperti itu Gee. Patrion tidak didirikan seperti itu. Kamu ingatkan kata-kata ayah? Patrion banyak melahirkan pemimpin di negeri ini."

"Terus ditangkap KPK. Korupsi."

"Husss!" potong Bu Ilma.

"Percuma Bun, Gee belajar mendapat nilai sempurna. Tapi gak boleh memilih sekolah di mana."

 "Jadi kamu mau bersekolah di mana?"tanya Bu Ilma.

"Hmmm..."Gee jadi bingung. Sekolah di mana?

 "Mau masuk SMK? Kayak Erin?" tanya Bu Ilma.

Gee, menarik nafasnya. "Gak tahu Bunda. Sudah terlambat." Jawab Gee pelan.

"Gak ada yang terlambat. Gee, besok tahun ajaran baru dimulai. Kamu gak bisa terus-terusan mengurung diri di kamar. Jangan mengorbankan masa depan kamu. Memprotes Ayah dengan tidak bersekolah. Hanya untuk membuat Ayah merasa bersalah. Ayah hanya melakukan yang terbaik untuk kamu. "

"Tapi..."

"Tapi begini deh, bagaimana kita coba satu semester?"

Gee terdiam.

"Semester depan, kamu ajukan mau sekolah di mana. Kamu pindah sesuai keinginan kamu. Gimana?"

"Ayah tahu?"

"Enggak."

"Terus?"

Bu Ilma memutar bola matanya, "mmmmmm....  semester depan masih enam bulan lagi. Nanti Bunda pikirkan."

Otak Gee berputar cepat. Seperti sedang menghitung jumlah energi yang dihasilkan dari sebuah lampu yang diberi hambatan 10 .

"Jika kamu setuju Bunda tunggu di meja makan jam enam. Untuk sarapan. Pakai seragam lengkap."

Bu Ilma beranjak. Seolah mendapat kemenangan dari negosiasi malam ini.

"Oh ya, jangan lupa sampahnya dibuang." Ujung mata Bu Ilma menjurus ke kolong.

Muka Gee langsung merah. Aksi mogok makan dan mogok keluar kamar ketahuan mendapat pasokan logistik dari Jimmi. Dua anak ini memang sudah saatnya ditertibkan, pikir Bu Ilma.

Plan D. Mission is accomplished.

====

Waktu yang dibutuhkan untuk membaca cerita ini sekitar 3 menit 57 detik. Cerita ini dibuat sebagai dukungan kepada lembaga pemberantasan korupsi. Sebagai output dari berbagai pikiran yang berkelebat dalam benak mengenai tindakan penyelewengan. Untuk cerita sebelumnya bisa dikunjungi di:

4. Tega

Di sana akan ditemukan link 3, 2, 1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun