Mohon tunggu...
Cak Glentong
Cak Glentong Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah budaya dan agama

Pemerhati masalah budaya dan agama

Selanjutnya

Tutup

Puisi

pada secangkir kopi

20 Desember 2020   16:19 Diperbarui: 20 Desember 2020   16:26 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

pada secangkir.kopi

engkaulah yang menuangkan rindu
pada cangkir cangkir hidupku
kupersembahkan segala impianku
untuk menyemaikan benih masa depan
di rahim kehidupan yang senantiasa suci
ya...hidupku dimulai lagi dari titik nol
saat kopi kau tuangkan dalam cangkir hidupku
lalu aku berkata " Aku bukankah Ali."
dan engkaupun menjawab lembut
 " Aku juga bukan Fathimah."
hidup adalah timbangan yang adil
mizan tempat kita selalu bersua lagi
walau beribu kilo jalan kita susuri
kepada mizan kita akan kembali

ketika senja bau kopi pada cangkir hidupku
mulai sirna oleh angin dan hawa dingin
lalu kau dekap senja dengan doa doa
segala berbinar tapi matapun mulai nanar
hidup memang seperti permainan dakon
dan kita harus kembali memulai dari titik nol

engkau yang tuangkan kopi dalam resahku
adakah yang lebih indah dari mendengar
gemericik air beradu dengan cangkir mimpiku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun