Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Gagal Bawa Curacao ke Piala Dunia, Akankah Patrick Kluivert Sukses bersama Indonesia?

9 Januari 2025   14:18 Diperbarui: 12 April 2025   12:12 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mantan pemain timnas Belanda Patrick Kluivert menghadiri pertandingan sepak bola babak 16 besar UEFA Euro 2024 antara Rumania vs Belanda di Muenchen Football Arena, Muenchen pada 2 Juli 2024. Pada Rabu (8/1/2025) Patrick Kluivert resmi diumumkan sebagai pelatih timnas Indonesia. (Photo by Kirill KUDRYAVTSEV / AFP via kompas.com)

Curacao memiliki populasi yang sangat kecil, hanya sekitar 159.000 jiwa. Sepak bola pun belum menjadi olahraga utama di sana—masih kalah populer dari baseball, olahraga yang telah melahirkan banyak atlet berbakat dari kawasan Karibia.

Kompetisi domestik Curacao pun jauh dari kata kompetitif. Hanya terdapat segelintir klub, sebagian besar dari ibu kota Willemstad, dan hampir semuanya berstatus amatir atau setengah profesional.

Untuk mengatasi keterbatasan ini, Kluivert memanfaatkan hubungan historis Curacao dan Belanda. Mirip dengan bagaimana PSSI kini membangun timnas lewat pemain-pemain keturunan di Eropa.

Dengan reputasinya sebagai legenda sepak bola, Kluivert berhasil meyakinkan beberapa pemain diaspora untuk membela Curacao. Nama-nama seperti Eloy Room (kiper Vitesse Arnhem saat itu), Leandro Bacuna (Aston Villa), Juninho Bacuna (adik kandung Leandro), serta Felitciano Zschusschen bergabung ke dalam tim.

Dengan kekuatan pemain diaspora, Curacao memulai perjalanan di Kualifikasi Piala Dunia 2018. Mereka mengalahkan Montserrat di putaran pertama dengan agregat 4-3, lalu mengejutkan publik dengan menyingkirkan Kuba di putaran kedua.

Namun di putaran ketiga, Curacao menghadapi El Salvador—negara dengan sejarah panjang di kancah sepak bola Amerika Tengah. El Salvador pernah dua kali lolos ke Piala Dunia dan dua kali menjadi runner-up Piala Emas Concacaf.

Sayangnya, Curacao kalah di dua leg dengan skor identik 0-1. Mereka pun tersingkir dengan agregat 0-2.

Tidak Layak Disebut Gagal

Sekilas, hasil tersebut memang tampak mengecewakan. Tapi jika kita menelaah secara obyektif, Kluivert justru melampaui ekspektasi.

Lolos ke putaran ketiga kualifikasi sudah menjadi catatan terbaik sepanjang sejarah Curacao. Bahkan saat masih bernama Netherlands Antilles, mereka tak pernah melangkah sejauh ini. Biasanya mereka mentok di putaran kedua.

Dalam periode Maret 2015 hingga Juni 2016, Kluivert mencatatkan rekor 6 kemenangan, 3 imbang, dan 3 kekalahan. Ini menyamai total kemenangan Curacao selama tiga tahun sebelum kedatangannya (2011–2014): 6 menang, 6 imbang, dan 20 kalah.

Artinya, hanya dalam waktu kurang dari setahun, Kluivert mampu mengangkat performa tim secara signifikan. Peningkatan ini tentu layak diapresiasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun