BELAKANGAN ramai dibincangkan Fenomena Rojali, bahkan diulas oleh media daring arus utama.Â
Bisa jadi di medsos lebih ramai. Mungkin begitu. Akhir-akhir ini saya jarang menggulir halaman media sosial, sehingga tak bisa merasakan geliatnya.
Istilah "rojali" disematkan kepada rombongan pengunjung yang mengelilingi mal tanpa membeli apa-apa.Â
Apakah rombongan tersebut hanya cuci mata tanpa belanja? Apakah fenomena rojali merupakan salah satu indikasi turunnya daya beli masyarakat?
Tidak ingin berspekulasi tentang itu. Saya hendak mengulas kebiasaan diri "cuci mata" di mal dan pulang tanpa membeli, setelah membuat tubuh kenyang dan palum (hilang rasa haus).
Bisakah perilaku saya ini disebut Rojali, Rohana, dan sejenisnya?
Istilah Rojali adalah singkatan dari Rombongan Jarang Beli. Mereka datang dan memasuki mal, merasakan sejuknya ruangan, menikmati suasana, melihat-lihat barang dipajang, memegang label harga, mungkin bertanya dan tersenyum kepada gadis penjaga (SPG, sales promotion girl) yang manis, berfoto-foto, dan pergi tanpa transaksi.
Melengkapi sebutan Rojali, sebuah media daring mengulas beragam singkatan terkait Rojali:
- Rohana (Rombongan Hanya Nanya);
- Roh Halus (Rombongan Hanya Elus-elus);
- Rohali (Rombongan Hanya Lihat-lihat);
- Rocega (Rombongan Cek Harga);
- Romansa (Rombongan Manis Senyum Aja);
- Rotasi (Rombongan Tanpa Transaksi);
- Rosali (Rombongan Suka Selfie);
- Rocadoh (Rombongan Cari Jodoh);
- Rocuta (Rombongan Cuci Mata);
- Romusa (Rombongan Muka Susah).
Keterangan lengkap dapat dibaca di sini.
Bisa jadi saya termasuk pengunjung mal yang berperilaku seperti Rojali: masuk mal, ngadem, berkeliling, lihat-lihat, dan duduk di food court menyantap makanan dan minuman.