Mungkin jika ada objek menarik, tangan memencet tombol kamera pada hape. Tidak selfie, berhubung saya merasa wajah mencong ketika diabadikan. Kurang bagus.
Zaman dulu perilaku jalan-jalan ke pusat perbelanjaan tanpa membeli disebut window shopping. Lihat-lihat saja lalu pulang tanpa membawa tas belanjaan, kecuali setelah mengunjungi toko serba ada di mal tersebut.
Kegiatan cuci mata bisa berlangsung lebih dari satu jam.
Namun, bisa saja saya terpaku pada satu toko. Mengamati satu atau beberapa barang, melihat harga, tanya-tanya ke gadis penjaga, mengelus-elus. Husss ..., mengelus barang dipajang ya!
Mungkin pada hari itu saya tidak berbelanja produk dipajang. Paling banter cek harga dan mengamati keadaan barang. Pulang setelah minum dan makan.
Namun, saya kembali ke mal tersebut pada hari lain yang tepat. Pas karena gaji atau ada rezeki masuk ke rekening, yang menurut perkiraan lebih dari cukup menebus barang incaran.
Artinya, saya melakukan window shopping untuk mencari barang atau mengincar satu produk yang hendak dibeli.
Apalagi bila harga barang termasuk lumayan menyedot penghasilan, maka mesti cermat meneliti, membandingkan, dan menimbang-nimbang. Selebihnya, menikmati suasana mal.
Perilaku tersebut mirip Rojali. Bedanya, saya tidak bersama rombongan. Hanya sendiri atau bersama pasangan. Beberapa hari setelahnya, saya kembali ke tempat tersebut untuk membeli barang incaran.
Tidak perlu lama-lama. Hanya perlu sekian menit untuk menunjukan produk akan dibeli, membayar, membawanya. Lalu pulang pulang tanpa melihat hal lainnya.
Jadi, bila akan membeli barang di mal saya akan melakukan penelitian terlebih dahulu. Semacam riset kecil-kecilan yang tak bermutu bagi orang lain.