Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Drama PPDB atau Penerimaan Siswa Baru Tempo Dulu

30 Juni 2022   08:57 Diperbarui: 30 Juni 2022   09:21 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa masuk sekolah baru oleh JhonDL dari pixabay.com

Ujung-ujungnya berisi keluhan tentang defisit anggaran penyelenggaraan pendidikan dan pembangunan gedung. Kemudian persoalan biaya menjadi topik bahasan utama. Saya pun mulai gelisah.

Dengan cerdik pihak komite yang menguasai panggung menyebut sejumlah nilai, di tengah orang tua yang canggung.  Sebagian peserta menyampaikan usulan. Sebagian besar diam, menarik napas yang tiba-tiba sesak.

Seorang ibu wali dari murid baru dengan lantang memberikan pendapat. Seraya menempelkan tisu di leher berlemak penuh keringat, dengan semangat menyetujui nilai uang gedung dan SPP diusulkan (sekarang mungkin namanya iuran pendidikan atau apa).

Serentak pengurus komite memberikan applaus. Sedetik kemudian para peserta ikut bertepuk-tangan. Terpaksa.

Seusai pertemuan, bersama-sama dengan orang tua lainnya, bergiliran masuk ke ruang kelas untuk wawancara.

Pertanyaan berkisar tentang latar belakang pekerjaan dan lain-lain. Paling pokok adalah pertanyaan mengenai kesanggupan memenuhi "kewajiban" yang telah disepakati secara aklamasi di dalam sidang para orang tua.

Ditutup dengan menandatangani pernyataan, akan membayar iuran bulanan dengan tertib dan menyelesaikan uang gedung. Uang bulanan bahkan lebih besar daripada iuran sejenis di SMA Negeri, tiga tahun kemudian.

Saya membayar uang pangkal sebesar Rp 7,5 juta (di tahun 2009 lho!) secara bertahap dalam semester berjalan. Mungkin orang lain bisa melunasi sekaligus, meski tak sedikit yang mengiba minta keringanan.

Selain menghadapi fait accompli, atau ketetapan yang sudah diputuskan tanpa menyisakan pilihan, orang tua dari anak didik baru juga membeli seragam yang didesain khusus.

Pungutan Liar

Oleh karena itu, saya merasakan bahwa uang gedung, iuran bulanan, dan uang seragam yang nominalnya ditentukan secara sepihak oleh komite merupakan satu bentuk pungutan liar. Dalam hati. Kenyataannya, keadaan musyawarah secara intimidatif mengarahkan ke jumlah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun