Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pandemi dan Siasat Berliterasi

3 Mei 2021   21:39 Diperbarui: 29 Juni 2021   19:06 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku KolPri - Hadiah langsung dari Rizal Badudu saat menjadi peserta seminarnya.

 Pandemi yang mulai melanda Indonesia medio pertengahan Maret 2020 hingga kini masih berlangsung. Belum ada tanda-tanda akan segera usai. Situasi pandemi mengakibatkan semua orang perlu lekas beradaptasi. Termasuk ranah pendidikan perlu beradaptasi dengan pandemi. Adaptasi kebiasaan baru dilakukan agar tujuan pendidikan tetap terlaksana.

Habitus Membaca

Manusia adalah apa yang dilakukan secara berulang. Seorang kutu buku mudah dikenali karena ia tak lepas dari kebiasaan membaca kapan pun dan di mana pun. Salah satu tokoh yang dijadikan panutan dalam hal kerajinan membaca adalah Bung Hatta. Beliau memiliki waktu khusus untuk membaca setiap hari.

Kala diasingkan oleh pemerintah kolonial di Digoel atau Banda Neira, beliau tetap memiliki waktu empat jam setiap hari untuk membaca. Ketekunan dan kerajinan Bung Hatta dalam membaca senantiasa penulis gaungkan saat pemelajaran literasi. Kesaksian dari tiga putrinya bahwa Bung Hatta memiliki waktu khusus membaca dalam sehari. Sekitar 3-5 jam disediakannya khusus untuk membaca.

Kisah Bung Hatta gemar membaca, penulis baca dalam buku Character Exellence karya Rizal Badudu, 2019, Penerbit Buku Kompas. Sikap gemar membaca dari Bung Hatta semakin memantapkan penulis untuk lebih tekun membaca dan menyebarkan virus membaca ke para siswa. Di sekolah tempat penulis bertugas, SMP Pahoa, Gading Serpong, Kabupaten Tangerang disediakan waktu khusus membaca minimal satu jam pelajaran per minggu.

Para siswa dikondisikan untuk menggunakan jam literasi dengan membaca beragam buku. Biasanya di semester ganjil penekanan pada buku-buku fiksi. Sedangkan semester genap buku-buku nonfiksi yang lebih ditekankan untuk menjadi bacaan siswa. Pemelajaran literasi dilakukan dalam perpustakaan sekolah, namun akibat pandemi penulis perlu bersiasat.

Strategi yang penulis lakukan untuk melaksanakan pemelajaran literasi secara virtual dimulai dengan sebuah pertanyaan. Mengapa siswa perlu membaca? Mengapa membaca perlu dijadikan kebiasaan dalam hidup? Mengapa mereka sulit untuk membaca?

Mereka adalah generasi Z. Sebuah generasi yang sudah terpapar teknologi digital sejak usia dini. Mereka cenderung lebih akrab dengan gawai dibandingkan buku. Selain itu, pertemuan secara virtual cukup menciptakan jarak. Kegiatan membaca lebih sulit diawasi. Awal mula pemelajaran dari rumah terdapat banyak tantangan untuk membangun habitus membaca di kalangan siswa.

Untuk menumbuhkan habitus pembaca pada masa pandemi penulis memulai dengan pertanyaan mengapa. Mengapa siswa perlu memiliki habitus membaca di zaman digital? Memulai sesuatu dengan mengapa penulis peroleh dari membaca buku Simon Sinek, Start with Why, 2019, edisi terjemahan dari Gramedia Pustaka Utama.

Dari pertanyaan mengapa tersebut penulis dapat mengidentifikasi hal-hal yang menghambat siswa. Mengapa mereka tidak betah berlama-lama membaca buku? Mengapa mereka cenderung menghindari membaca buku tebal tanpa gambar atau ilustrasi?

Pentingnya Membaca

Setiap orang yang tahu cara membaca 

Memiliki kekuatan untuk memperbesar dirinya, 

melipatgandakan jalan bagi keberadaannya, 

dan membuat kehidupannya

utuh, signifikan, dan menarik.

(Aldous Huxley)

Mengapa penulis begitu bersemangat dalam mengampanyekan minat baca di kalangan siswa? Itu semua berawal kala penulis masih bersekolah. Hal yang paling dirindukan saat liburan sekolah tiba adalah dapat meminjam buku-buku di perpustakaan sekolah.

Kebetulan kala itu ayah memiliki akses untuk bebas meminjam tanpa batas koleksi buku perpustakaan di SD  penulis bersekolah. Jika umumnya siswa hanya diperkenankan meminjam maksimal dua buku, maka berbeda dengan penulis yang dapat meminjam hingga sepuluh buku. Mengapa bisa?  Sebab ayah yang mengelola perpustakaan sekolah.

Kebiasaan membaca sejak SD begitu membekas pada diri penulis. Semakin dini seseorang memiliki habitus membaca semakin baik untuk pertumbuhan karakter dan pengembangan dirinya. Masa pandemi tak menyurutkan langkah penulis untuk menyebarkan virus gemar membaca. Memulai sesuatu dengan pertanyaan mengapa ternyata membuat penulis menemukan cara solutif agar siswa dapat memiliki habitus membaca.

Penulis memberikan pilihan kepada mereka bisa memilih bacaan digital. Mereka dapat membaca di beragam aplikasi membaca seperti Ipusnas, wattpad, storial, novelme, webtoon, webnovel, dan joylada. Tiga bulan terlewati di semester ganjil 2020/2021. Lambat laun para siswa mulai dapat menyesuaikan diri, meskipun jam literasi dilakukan secara virtual.

Berikut kesaksian dari seorang siswi, " Beberapa bulan kemudian, saya dan orangtua telah memutuskan agar saya meneruskan kelas 7 di SMP Pahoa. Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Pahoa sangat menarik karena gurunya juga mempunyai banyak ide kreatif agar kami dapat bermain sambil belajar sehingga pelajarannya pun tidak membosankan. Tiap dua minggu sekali, beliau mengadakan jam literasi di mana kita harus membaca buku, lalu membuat laporan mengenai buku yang sudah kita baca. Sejak itu, saya semakin rajin membaca buku."

Kebutuhan Membaca

            Mengapa siswa perlu menjadikan membaca sebagai kebiasaan dalam hidup? Terutama pada masa pandemi di saat aktivitas lebih banyak dilakukan dari rumah. Penulis memberikan pencerahan kepada siswa betapa pentingnya membaca bagi kehidupan. Kebutuhan nutrisi otak dapat diperoleh dari membaca buku-buku nonfiksi. Sedangkan untuk kebutuhan nutrisi hati mereka dapat memilih buku-buku fiksi.

Selain untuk memenuhi nutrisi otak dan hati penulis juga menekankan bahwa membaca  baik secara kesehatan. Habitus membaca dapat mengikis plak dalam otak. Penumpukan plak dalam otak yang menyebabkan alzheimer/ kepikunan.

Tak lupa penulis juga memberikan contoh personal tentang habitus membaca sudah banyak memberikan efek positif dalam hidup. Membaca telah membuat penulis semakin bertumbuh dalam kedewasaan sikap, dapat mengurangi stres, melek pengetahuan, dan lebih mampu membedakan realitas yang semu/ sebaliknya. Membaca membuka pemahaman bahwa kegiatan tersebut memang seperti kegiatan pasif, namun di balik itu semua, "Setiap orang yang tahu cara membaca memiliki kekuatan untuk memperbesar dirinya, melipatgandakan jalan bagi keberadaannya, dan membuat kehidupannya utuh, signifikan, dan menarik." 

Hikmah Tersembunyi Masa Pandemi

Budaya membaca bisa saja belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Bagi sebagian kalangan, buku adalah suatu kemewahan. Mereka lebih baik menggunakan uang untuk membeli makanan atau minuman.

Masih sedikit sekali keluarga yang betul-betul menyisihkan uang khusus untuk anggaran pembelian buku. Teladan Bung Hatta dalam menyediakan anggaran untuk membeli buku untuk ketiga putrinya dapat dijadikan pelecut semangat.

Meutia Hatta, puteri pertama Bung Hatta mengungkapkan bahwa ia mengucapkan banyak terima kasih kepada Ayah atas pendidikan lewat membaca yang diajarkan dalam keluarga. Bung Hatta selalu memberikan buku-buku kepada tiga puterinya atau ketiga puterinya membeli buku dari uang saku yang Bung Hatta berikan (Badudu, 2019).

Buku KolPri
Buku KolPri
Dalam buku Start with Why diungkapkan ada dua acara untuk memengaruhi perilaku manusia: memanipulasi dan menginspirasi (Sinek, 2019). Tokoh bangsa Bung Hatta yang memiliki habitus membaca penulis pilih untuk menginspirasi siswa untuk gemar membaca.

Dari luar negeri penulis memberikan contoh tokoh-tokoh yang menginspirasi perihal habitus membaca. Salah satu tokoh inspiratif yang sering penulis sampaikan dalam pemelajaran, yakni Bill Gates. Ia memiliki keteguhan dan komitmen merawat habitus membaca. Mantan CEO Microsoft ini membaca sebanyak 50 buku per tahun. Buku-buku ia yang baca pun kerap dibagikan kepada para pengikut di situsnya, www.gatesnotes.com dengan tajuk: My 2020 summer book recommendations.

Penyebaran Virus Korona yang cepat menimbulkan kepanikan tak terperi. Semua sektor kehidupan terkena dampak. Pun, dunia pendidikan terkena imbas. UNBK dibatalkan. Kebijakan merumahkan siswa dan guru menyebabkan pemelajaran daring menjadi pilihan utama hingga kini.

Penyesuaian pun perlu dilakukan oleh segenap siswa dan guru. Segala aplikasi yang mendukung pemelajaran daring mendadak hits. Google classroom, Google Hangout, Microsoft Teams, Zoom, IG live, dan Youtube kini menjadi pilihan dalam pemelajaran daring.

Siasat Solutif 

Untuk pemelajaran literasi pada masa pandemi, penulis sudah tidak dapat mengajak para siswa berkunjung ke perpustakaan. Situasi darurat pada masa pandemi juga menimbulkan berkat tersembunyi bagi pemelajaran literasi. Kebetulan penulis menjadi pengikut beberapa penerbit di Twitter. Kala pandemi mulai menghampiri Indonesia, beberapa penulis memberikan akses gratis untuk mengunduh buku-bukunya.

Penulis memberikan informasi kepada para siswa tepat di hari terakhir boleh mengunduh gratis buku-buku dari Rissa Saraswati dan Faza Meonk, kreator komik Si Juki di google books. Selain itu, masih banyak pula buku-buku gratis yang dibagikan secara legal di era pandemi ini. Kumpulan penulis muda yang memberikan akses gratis mengunduh kumpulan cerpen bertema Covid-19.

Penerbit Gramedia Pustaka Utama juga memberikan akses kepada pengikut di media sosialnya untuk mengunduh gratis dan legal, yakni dua buku Paulo Coelho: ABCD dan Arti Damai serta buku Mitch Albom: Uluran Kasih.

Galeri Buku Jakarta di situs galeribukujakarta.com membagikan 90 judul buku yang dapat diunduh secara gratis dan legal. Puluhan buku yang digratiskan tersebut sudah atas persetujuan para penulisnya. Gerakan mendonasikan karya buku di situs Galeri Buku Jakarta merupakan gagasan dari sastrawan Damhuri Muhammad.

Masa pandemi yang menakutkan justru menimbulkan gerakan literasi yang masif. Banyak penulis yang mengizinkan buku-bukunya diunduh untuk menemani siapa pun yang terpaksa menepi dan berdiam diri di rumah entah sampai kapan. Pandemi menggiatkan kebiasaan baru, khususnya untuk para siswa di sekolah penulis mengajar perihal habitus membaca. Betapa pentingnya membangun habitus membaca untuk kehidupan.

Metode Unik Membaca

Kala berkuliah di UNJ penulis diajar oleh dosen bernama, J.D Parera. Selain dosen, beliau juga penulis andal. Beliau mengajarkan teknik membaca cepat.  Kami mendapat pemahaman baru dalam menemukan melalui metode unik membaca yang diperkenalkannya. Salinan fotokopi beragam buku-buku teks berbahasa asing yang dijadikan referensi perkuliahan diberikan kepada kami hanya daftar isi.

Ternyata metode tersebut merupakan metode pemetaan daftar isi buku. Metode tersebut merupakan cara cepat dalam menentukan tema-tema buku yang hendak dibaca lebih mendalam. Tidak hanya itu beliau juga memberikan tips membaca melalui indeks buku. Metode sering penulis pratikkan saat hendak membaca buku. Melalui indeks buku penulis dapat mengetahui, apakah tema-tema yang dicari terdapat dalam buku.

Membaca indeks buku juga penulis ajarkan kepada para siswa. Metode ini berguna saat mereka berkunjung ke perpustakaan atau saat hendak membeli buku. Melalui indeks buku mereka dapat menentukan suatu buku yang mereka cari atau butuhkan untuk jam literasi apa sudah tepat.

Kebiasaan Baru pada Masa Pandemi

Menggiatkan partisipasi siswa untuk rajin membaca pada masa pandemi perlu siasat jitu. Pemelajaran daring perlu memberikan kesempatan pada mereka untuk memilih bacaan digital. Penulis mendapatkan beragam kesaksian beberapa dari mereka bahwa membaca menjadi kebiasaan baru pada masa pandemi.

Berikut salah satu kesaksian siswi, "Saya juga menemukan hobi baru saat pandemi, yakni membaca webnovel. Biasanya saya memboroskan setengah hari membaca webnovel di suatu situs atau aplikasi . Tak hanya itu, saya juga tiba-tiba suka membaca manga dan manhwa daring. Ada banyak manga dan manhwa yang saya sudah baca seperti Demon Slayer dan Neon Genesis Evangelion."

Ada pula kesaksian mengharukan dari seorang siswa tentang kebiasaan barunya pada masa pandemi. Siswa tersebut mengungkapkan, "Hobi main game saya telah saya kurangi banyak, setelah pandemi melanda. Saya telah menemukan hobi selain bermain game. Saya telah meluangkan waktu untuk membaca buku. Jika saya kehabisan buku untuk dibaca, maka saya bisa mencarinya di toko buku daring."

Kesaksian dari seorang siswi dan siswa penulis dapatkan langsung dari mereka. Penulis memberikan tugas laporan kebiasaan hidup baru (LKHB) pada masa pandemi. Cukup banyak dalam isi laporan mereka yang mengungkapkan kebiasaan baru: membaca. Mereka semakin tekun membaca terutama melalui bacaan digital.  

Penutup

Pandemi masih berlangsung, namun perilaku baik yang dapat menyehatkan mental dan fisik perlu terus disebarkan. Membaca adalah salah satu perilaku baik yang perlu terus digaungkan. Durasi manusia berada di rumah selama masa pandemi semakin meningkat secara kuantitas. Oleh karena itu, penulis terus menyebarkan 

Penulis sering menggaungkan ungkapan, "Kalian di masa depan ditentukan oleh buku-buku bacaan kalian hari ini." Jika sekarang mereka belum tekun membaca, maka penulis mengeluarkan ungkapan jitu berikut, "Hanya perlu satu buku untuk kalian jatuh cinta dengan membaca, maka lekas temukan!"

Dua ungkapan tersebut penulis ulang dalam setiap pemelajaran. Penulis juga mempratikkan dalam mengajar, Konsep Lingkaran Emas (Sinek, 2019). Konsep ini membantu penulis untuk mengerti, mengapa siswa melakukan apa yang mereka lakukan?

Untuk siswa/i yang mulai menjadikan membaca sebagai kebiasaan baru pada masa pandemi dapat disimpulkan bahwa tindakan itu berawal dari dalam ke luar dalam bentuk tindakan kebiasaan baru. Mereka tersentuh oleh contoh-contoh inspirator yang sudah memiliki habitus membaca.

Dua tokoh bangsa yang sering penulis sampaikan dalam pemelajaran, yakni para pendiri bangsa Indonesia seperti Soekarno dan Hatta. Mereka terkenal gemar membaca. Koleksi buku-bukunya berjumlah ribuan. Bung Hatta pernah berujar, "Silakan penjarakanku di mana saja, tapi jangan pernah jauhkanku dari buku."

Tak lupa penulis juga mengisahkan dalam pemelajaran salah satu tokoh yang memiliki habitus membaca yang masih berkarya, yakni Profesor Nelson Tansu. Orang Indonesia yang menjadi profesor di Lehigh University, Amerika Serikat sejak umur 25 tahun. Ia merupakan ahli fisika terapan dalam bidang semikonduktor, teknologi nano, dan fotonika yang telah menulis lebih dari 105 jurnal internasional dan memegang lebih dari 14 hak paten di Amerika Serikat.

Nelson kecil yang selalu ingin tahu dan menjadikan buku sebagai teman terbaiknya dalam meraih impian. Walaupun memiliki banyak kekurangan, Nelson yang sejak kecil telah menetapkan impian menjadi profesor tidak pernah menyerah. Ia terus mengejar impiannya dengan tekad besar sampai akhirnya berhasil.

Teladan hidup dari Soekarno, Hatta, dan Nelson Tansu menyuratkan pesan berharga bahwa melalui buku anak-anak dapat memetik banyak pelajaran berharga. Melalui buku serta membaca dengan tekun dapat menjadi "guru" yang sangat baik bagi kehidupan.

Sumber 1: Badudu, Rizal. 2019. Character Excellence. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Sumber 2: Sinek, Simon. 2019. Start with Why. Terj. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sumber 3: www.gatesnotes.com, diakses 31 Mei 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun