Mohon tunggu...
Muhammad FajarAdi
Muhammad FajarAdi Mohon Tunggu... Freelancer - Hello!

Saya Fajar adi dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pandemi Covid-19 Merebut Budaya Pekerja

22 Maret 2024   14:28 Diperbarui: 22 Maret 2024   17:52 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Maryna/Pinterest

Pandemi COVID-19 telah mengubah tempat kerja secara mendalam. Sebelumnya, banyak perusahaan mengejar citra kantor yang 'keren', dengan fasilitas seperti ruang santai, dapur lengkap, dan acara happy hour yang berlangsung setiap saat. Ini semua bertujuan untuk menciptakan suasana 'keluarga' di tempat kerja. Namun, sejak tahun 2020, banyak pekerja dipaksa untuk bekerja dari rumah, meninggalkan budaya kantor tersebut di belakang. Meskipun beberapa perusahaan berusaha untuk mengembalikan budaya kantor tersebut dengan mengundang karyawan kembali ke kantor, kebanyakan pekerja tidak tertarik untuk kembali ke cara kerja yang lama.


Pergeseran prioritas pekerja telah terjadi sebagai konsekuensi dari pandemi. Mereka sekarang lebih memperhatikan fleksibilitas kerja, gaji yang adil, dan perlakuan manusiawi di tempat kerja. Pandemi memberi mereka kesempatan untuk mengevaluasi kembali bagaimana mereka ingin menjalani hari kerja mereka. Mereka tidak lagi rela menerima gaji yang rendah, karena mereka telah merasakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka. 

Banyak pekerja sekarang ingin diakui sebagai manusia utuh, bukan hanya sebagai pekerja. Faktor-faktor seperti lokasi fisik, dukungan yang diterima, dan integrasi teknologi antara rumah dan kantor menjadi sangat penting bagi mereka. Budaya kantor yang dulu menjadi daya tarik utama kini tidak lagi begitu relevan, terutama bagi para pekerja muda.

Perusahaan menghadapi kesulitan dalam mendefinisikan kembali peran kantor mereka. Sebagian besar tempat kerja sekarang hanya terisi sebagian kecil dari kapasitasnya, dan karyawan tidak lagi menganggap kantor sebagai pusat budaya. Seiring dengan itu, banyak karyawan lebih memilih untuk bekerja secara hibrida atau sepenuhnya dari rumah, merasa bahwa kantor fisik tidak lagi penting bagi produktivitas mereka.

Dengan demikian, harapan para pekerja telah berubah secara signifikan sejak awal pandemi. Mereka tidak lagi menginginkan fasilitas mewah yang menjadi ciri khas budaya kantor sebelumnya. Sebaliknya, mereka menginginkan lingkungan kerja yang mendukung keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional mereka, serta memberikan perlakuan yang adil dan manusiawi. Dalam era pasca pandemi, perusahaan harus menyesuaikan diri dengan perubahan ini jika ingin tetap menarik dan mempertahankan bakat terbaik.

Memahami pergeseran dramatis dalam paradigma tempat kerja adalah penting untuk melihat bagaimana pandemi COVID-19 telah mengubah cara kita bekerja, berinteraksi, dan mengelola kehidupan kita secara keseluruhan. Sebelumnya, budaya kantor sering kali dipandang sebagai salah satu daya tarik utama bagi para pekerja, dengan berbagai fasilitas dan kegiatan yang ditawarkan untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan produktif. Namun, sejak awal pandemi, situasinya berubah secara drastis.


Pandemi COVID-19 memaksa banyak perusahaan untuk beralih ke model kerja jarak jauh dengan cepat. Ini adalah tantangan besar bagi perusahaan yang sebelumnya tidak memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung kerja jarak jauh secara massal. Namun, dengan cepat, banyak organisasi menemukan cara untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru ini, menggunakan teknologi untuk memfasilitasi kolaborasi tim dan komunikasi antaranggota tim.

Seiring berjalannya waktu, para pekerja mulai merasakan manfaat dari fleksibilitas kerja yang lebih besar yang ditawarkan oleh kerja jarak jauh. Mereka menemukan bahwa mereka dapat mengatur jadwal mereka sendiri dengan lebih baik, mengurangi waktu yang dihabiskan di dalam perjalanan, dan bahkan meningkatkan produktivitas mereka dengan lingkungan kerja yang lebih nyaman di rumah. Hal ini membawa kita pada pergeseran dalam ekspektasi pekerja terhadap tempat kerja dan perusahaan mereka.

Sebelum pandemi, budaya kantor sering kali didefinisikan oleh fasilitas fisik yang tersedia, seperti ruang santai, dapur lengkap, dan berbagai acara sosial. Namun, sekarang, pekerja lebih fokus pada elemen-elemen budaya yang lebih abstrak, seperti fleksibilitas, inklusivitas, dan keseimbangan kerja-hidup. Mereka menginginkan perusahaan yang memprioritaskan kesejahteraan karyawan dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk sukses baik di tempat kerja maupun di luarnya.

Faktanya, pandemi telah membuka mata banyak pekerja terhadap pentingnya keseimbangan antara kerja, hidup dan kesehatan mental. Mereka tidak lagi rela mengorbankan kesejahteraan pribadi mereka demi sukses profesional. Sebagai gantinya, mereka mencari perusahaan yang memahami pentingnya memiliki waktu untuk keluarga, hobi, dan kegiatan di luar pekerjaan. Ini mencerminkan perubahan nilai yang lebih luas dalam masyarakat terkait dengan arti kesuksesan dan kebahagiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun