Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Penulis

Menjadi penulis adalah menjadi saksi: terhadap diri sendiri, terhadap orang lain, dan terhadap sejarah yang terus bergerak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Aku Rindu Kota ini (Waktu dulu)

18 Agustus 2025   05:34 Diperbarui: 18 Agustus 2025   05:34 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang lelaki tua loper koran diolah menggunakan AI | Dokumen Pribadi

***

Aku berlalu dari kios loper koran yang terletak di emperan toko baju yang tidak jauh dari lampu merah. Fenomena novel, tabloid, dan stensilan yang dijual di loper-loper koran mencapai puncaknya sekitar akhir 1980-an hingga awal 2000-an. 

Ramai dijual di loper koran dan kios kecil sejak era Orde Baru, karena media arus utama sangat dikontrol. Tabloid juga menjadi media ekspresi baru pasca reformasi 1988, dengan konten yang lebih berani dan beragam.

Ujung mataku tertuju pada tenda biru berdiri miring di sudut perempatan jalan utama. Langkah kakiku mendekatinya.  Di bawahnya, koran pagi bertumpuk, tabloid gosip berjejer. Loper tua bernama Pak Samin duduk di kursi plastik, menggulung rokok linting sambil mengamati lalu lintas.

"Mas, edisi yang Mbak Desy cerai udah keluar," kata Pak Samin sambil menyodorkan tabloid dengan senyum penuh rahasia.

Aku bukan penggemar gosip, tapi aku tahu di balik berita berita selebriti itu, ada denyut zaman yang tak bisa diabaikan. Reformasi baru saja lewat, dan media cetak seperti tabloid dan stensilan jadi pelampiasan rasa ingin tahu yang selama ini dibungkam.

***

Aku terdampar di kota ini sebulan menjelang tumbangnya pemerintahan orde baru—akibat krisis moneter yang sampai pada titik nadir. 

Bertugas sebagai seorang guru baru daerah transmigrasi, di tengah hutan yang baru dibuka bagi penduduk dari jawa, lombok, NTT, Sulawesi dan beberapa penduduk lokal yang bermukim di unit pemukiman transmigrasi.

Rupiah anjlok drastis, inflasi melonjak, dan harga kebutuhan pokok melambung mewarnai tugas pertamaku di kota ini, gajipun belum ada, karena gaji pertama, kata dinas ranting pendidikan, dirapel setelah tiga bulan berjalan pengangkatan sebagai calon pegawai negeri sipil (CPNS).

Untungnya, ada uang jalan yang diberikan dinas provinsi menuju tempat tugas sampai di daerah transmigrasi. Cukup lumayan,  buat transportasi, makan dan minum, serta menginap di hotel melati beberapa malam saat transit di kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun