Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Blogger

Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024 | Konsisten mengangkat isu-isu yang berhubungan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama yang terpantau di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jakarta Kota Bahagia: Antara Survei Internasional dan Realitas Keseharian Warga

15 Oktober 2025   09:54 Diperbarui: 15 Oktober 2025   18:16 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bahagia, negara paling bahagia di dunia. (Freepik via Kompas.com)

Di balik angka survei tersebut, masih ada jutaan warga Jakarta yang berjuang dengan ketimpangan, keterbatasan akses, dan ketidakadilan struktural.

Kebahagiaan yang dirayakan oleh survei internasional mungkin nyata bagi segmen tertentu masyarakat Jakarta, tetapi belum menjadi kenyataan bagi seluruh warga.

Tiga solusi yang ditawarkan: survei kebahagiaan yang inklusif dan representatif, prioritas pada infrastruktur dan layanan dasar yang merata, serta mekanisme partisipasi warga yang bermakna, adalah langkah konkrit untuk mengubah kebahagiaan yang parsial menjadi kebahagiaan yang berkelanjutan dan merata.

Kebahagiaan sejati bukan hanya tentang kuliner yang beragam, kehidupan malam yang semarak, atau Car Free Day yang ramai.

Kebahagiaan sejati adalah ketika setiap warga Jakarta, tanpa terkecuali, dapat hidup dengan layak dan bermartabat: memiliki tempat tinggal yang aman, bernapas dengan udara bersih, berjalan di trotoar yang nyaman, dan memiliki kesempatan ekonomi yang adil.

Jakarta dapat menjadi kota yang benar-benar bahagia, tetapi hanya jika kebahagiaan itu dibangun di atas fondasi keadilan sosial dan pemerataan pembangunan.

Saatnya kita tidak hanya merayakan angka survei, melainkan bekerja keras untuk memastikan bahwa kebahagiaan itu dapat dirasakan oleh setiap warga Jakarta, dari Kepulauan Seribu hingga Jakarta Timur, dari penghuni gedung pencakar langit hingga warga permukiman kumuh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun