Kedua, burung sebagai bioindikator untuk mengukur kualitas perairan. Selain menilai kualitas RTH, burung juga berfungsi sebagai bioindikator kualitas perairan.
Beberapa spesies burung air menghuni ekosistem perairan seperti sungai, pesisir, dan danau di perkotaan.
Namun, populasi elang bondol di DKI Jakarta semakin sulit ditemui. Salah satu penyebab utamanya adalah berkurangnya habitat untuk beristirahat dan berkembang biak akibat alih fungsi lahan menjadi permukiman padat penduduk.
Ketiga, burung sebagai pengendali hama alami. Selain sebagai bioindikator, burung berperan sebagai pengendali hama alami.
Banyak spesies burung memangsa serangga atau hewan kecil lain yang dianggap hama bagi tanaman atau ekosistem tertentu.
Dengan memangsa hama-hama tersebut, burung membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi kebutuhan akan pestisida kimia.
Sebagai contoh, beberapa burung memakan serangga atau cacing tanah yang dapat merusak tanaman, sehingga peran mereka sangat penting dalam menjaga kesehatan tanaman dan produktivitas pertanian.
Bagaimana Kita Menjaga Populasi Burung?
Keberadaan burung di DKI Jakarta, baik di taman kota, danau, maupun pesisir, sangat penting bagi keseimbangan ekosistem.
Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama untuk melestarikan populasi burung dan mencegah kepunahannya. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
Pertama, menghentikan perburuan burung. Penurunan populasi burung di Jakarta sebagian disebabkan oleh perburuan liar.
Achmad Ridha Junaid, Biodiversity Officer Burung Indonesia, menyatakan bahwa menurunnya populasi elang bondol di ibu kota disebabkan oleh maraknya perburuan liar.