Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

4 Tindakan Preventif agar Kisah Cinta Tidak Berakhir dengan KDRT

14 Februari 2023   07:06 Diperbarui: 15 Februari 2023   18:28 973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun makian dan perkataan kotor itu ditujukan pada pihak-pihak lain, bukti tersebut menunjukkan sebagian karakternya yang emosional. Bukan tidak mungkin, setelah menikah nanti, makian dan perkataan-perkataan kotor itu ditujukan kepada pasangannya.

Sebaliknya, kita juga bisa mengumpulkan nilai plus dalam setiap diskusi. Sikap tenang dan emosi yang terkontrol dari calon pasangan bisa menjadi nilai plus. Apalagi ditambah dengan perkataan-perkataan sopan, nilai plusnya semakin meningkat.

Sangat berbahaya jika tetap memaksa meneruskan hubungan dengan seorang yang emosional. Apalagi dalam masa pacaran sudah berani membentak-bentak, memaki, terlebih "main tangan".

Hanya sayangnya, banyak orang yang menuup mata saat pacaran. Terjadi pada kaum hawa, khususnya. 

Dengan alasan sudah telanjur cinta, enggan mengakhiri hubungan. Tetap keukeuh menikah meski mengetahui pasti calon suaminya seorang pemarah dan emosional.

Padahal, menjalani pernikahan tidak cukup dengan modal perasaan dan cinta. Apalagi cinta buta. Pikiran rasuonal juga harus dikedepankan. 


Bila menutup mata dari segala kekurangan calon pasangan, bisa fatal akibatnya. Alih-alih surga, neraka yang dijumpai dalam pernikahan. 

Temukan pasangan yang seimbang

Kita sering mendengar orang berkata, cari pasangan yang penting seiman.

Namun, saya mendengar seorang penasihat pernikahan pernah berkata, seiman saja ternyata tidak cukup. Bukan hanya seiman, kita juga sebaiknya menemukan pasangan yang seimbang dengan kita.

Karena pasangan yang seiman saja belum tentu seinbang. Misalkan saja, sama-sama Kristen. Seiman sih, tapi yang satu lebih suka pergi ke gereja, yang satu lebih suka ke diskotek. Tentu ini tidak seimbang. Jomplang sekali. 

Atau seperti saya. Saya tidak suka laki-laki perokok. Maka ketika gadis dulu, saya mencari pria yang seiman, juga yang tidak merokok. Jadi seimbang, kami sama-sama tidak suka rokok. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun