Mohon tunggu...
Benyamin Melatnebar
Benyamin Melatnebar Mohon Tunggu... Dosen - Enjoy the ride

Enjoy every minute

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Nightmare Basement

30 Agustus 2021   14:07 Diperbarui: 30 Agustus 2021   15:20 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu telah meninggalkan kehidupan lamanya yang terlalu berhura-hura. Intinya kehidupan keluarga ibu menjadi keluarga yang sangat sempurna. Aku sekarang menjadi seorang kakak tiri tetapi dari sisi ibuku. 

Aku tidak boleh membenci adik tiriku. Bayi kecil itu tidak bersalah. Ibu sering mengirimkan foto-foto bayinya ke aku melalui email. Dan aku sering mengeceknya melalui laptopku. Bayinya sangat lucu dan menggemaskan, mereka memberi namanya Brian Santoso. Aku memang harus melupakan masa lalu dan membiarkan ibuku bahagia dengan keluarga barunya. Hanya terkadang, tanpa sengaja tiba - tiba aku memikirkannya. Seketika itu juga aku benci terhadap ibu. Kenapa ibu lebih memilih keluarganya dibanding aku dan ayah?

Pernah suatu waktu, ibu menelepon ponsel ayah dan ingin berbicara denganku. Aku girang sekali. Aku menanyakan kabar ibu, ia menjawab baik – baik saja. Ia pun bertanya bagaimana keadaanku dan ayah? Aku mengatakan padanya bahwa kami dalam keadaan baik dan sangat merindukannya, serta sangat berharap suatu saat aku, ayah dan ibu bisa berkumpul dan bersatu lagi. Ibu menjawab, dengan nada datar sekenanya. 

Aku tidak mengerti apakah saat itu ia sedang bad mood ataukah tidak. Ia mengatakan bahwa ia tidak mungkin bersatu lagi dengan ayah. Ia tidak ditakdirkan untuk ayah, lagipula ia sudah bosan dengan ayah. “ Lalu bagaimana dengan aku, berarti bila ayah dan ibu tidak ditakdirkan untuk bersama. Berarti aku adalah bencana untuk ayah dan ibu? Apakah aku adalah musibah untuk ibu, sampai ibu bisa berkata seperti itu ? “ Aku menjawab dengan gemetar kata-kata ibuku dan aku hampir menangis.

Jujur saja, aku marah, sedih dan sakit hati mendengarkan alasannya. Aku tidak percaya akan hal ini. Aku membencinya sejak hari itu. Setiap ibu telepon untuk berbicara denganku, aku selalu menolak berbicara dengannya. Hanya sekali aku menjawab teleponnya, aku berkata lebih baik ibu tidak usah meneleponku lagi dan urus saja keluarga ibu yang baru. Aku tidak tahan akan hal ini, mengapa ibu tidak berjuang atau mempertahankan aku sebagai anaknya. 

Apakah ia tidak menyayangiku lagi? Hal inilah yang selalu membuatku sedih dan terkadang membuatku selalu merasa bad mood di pagi hari, aku tidak percaya bahwa hal seperti ini bisa menimpa aku. 


Yah, menjadi anak yang tumbuh dalam keluarga broken home, is suck. Seolah ada sesuatu yang hilang dan tanpa itu hidupku terasa tidak lengkap. Selalu ada yang kurang dalam hidupku. Iya, yang kubutuhkan adalah keluargaku menjadi utuh kembali.  

 Sumber gambar: Sumber: pexels.com
 Sumber gambar: Sumber: pexels.com

Bab II

Tersesat di tengah Hutan

Sejauh mata memandang, yang terlihat hanyalah hutan belantara hijau ditemani belukar yang mempertontonkan betapa senjanya usia pepohonan di sana. Ditambah rumah penduduk yang sederhana dan jumlahnya bisa kuhitung dengan jari - jemariku yang mungil. Entah sudah berapa kilometer aku berjalan. Lelah juga pikirku. Niatku hanya untuk bersembunyi dari ayahku, kenapa harus berjalan sampai sejauh ini. Hutan ini sangat indah, hanya saja semakin kuperhatikan, terlihat agak menakutkan karena banyak sekali pohon-pohon besar dan tua. Dapat kutaksir usianya puluhan tahun. Hampir tidak terjamah oleh tangan manusia. Kelebatan pohonnya nyaris membuat kondisi hutan ini menjadi gelap gulita. Tanaman – tanaman tumbuh dengan liarnya sesuka hatinya,

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun