Mohon tunggu...
Benyamin Melatnebar
Benyamin Melatnebar Mohon Tunggu... Dosen - Enjoy the ride

Enjoy every minute

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Nightmare Basement

30 Agustus 2021   14:07 Diperbarui: 30 Agustus 2021   15:20 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayah sudah selesai mandi, aku tidak mau cerita dengan kejadian yang baru saja terjadi. Tetap percuma saja bila aku cerita. Ayah juga tidak akan percaya, lebih baik aku cerita saat semua kejadian ini terkuak dan aku sudah memegang semua bukti, pikirku. Ayah sudah keluar dari kamar mandi dan telah mengganti pakaiannya. Ayah berkata, ayo kita makan malam. Ayah menjemur handuknya di jemuran mini yang terletak di samping kamar mandinya. Kemudian membuka pintu, menyusuri lorong dan menuju ruang makan. Aku mengikuti ayah dari belakang. Ayah duduk dan aku menimba nasi putih dari rice cooker dan memberikannya kepada ayah. Aku menimba nasi di piringku, lalu menaruhnya di meja. Ayah meyendok sayur, mengambil beberapa potong semur daging dan membasahi nasinya dan nasiku dengan kuah semur daging. Kami bercerita banyak hal dan aku minta ayah untuk cuti dan sekali waktu menghabiskan satu hari untukku. Ayah mengangguk dan telah memilih satu hari cuti saat Ia sudah menyelesaikan pendingan pekerjaannya. Aku sangat excited mendengarkannya.    

Selesai makan, aku membawa piring kotor ayah dan piring kotorku. Aku menuju dapur dan mencucinya. Ayah berseru, bahwa ia akan ke ruang tamu dan menonton televisi. Akupun mengikutinya dari dapur dan ikut duduk di sofa, berdekatan dengan ayah. Saat kami menonton televisi, entah sudah berapa kali aku melihat bayangan yang lalu lalang melewati kami. Aku sangat sensitif bila ada sesuatu yang aneh terjadi di sekelilingku. Ayah sama sekali tidak menyadarinya. Aku berusaha tetap fokus pada acara yang kami tonton dan tidak memusingkan hal – hal mistik yang terjadi di sekelilingku. Itu mungkin akan lebih menenangkan menurutku.

     Waktu sudah menunjukkan pukul 22.30. Ayah menyuruhku tidur. Aku memang sudah sangat mengantuk. Dengan posisi tubuh yang malas-malasan aku bangkit dari sofa. Mengucapkan selamat tidur kepada ayah, lalu aku menyusuri lorong dan menaiki anak tangga untuk menuju kamarku. Sesampai di kamar, aku menutup gorden dan menuju kamar mandi, menggosok gigiku, cuci tangan, muka dan cuci kaki. Lalu mengeringkannya dengan handuk kecil. Mengganti pakaianku dengan piyama lalu segera naik ke atas tempat tidur. Aku mendengar ayah naik ke lantai 2 dan masuk ke kamarku. Ayah duduk di samping tempat tidurku. Ia mencium dahiku dan memelukku. Iapun berkata bahwa ia sayang padaku. Akupun bangkit dari posisi tidurku, mencium pipinya dan berkata bahwa aku juga sangat menyayanginya dan juga ibu. “ Terkadang aku sangat rindu ibu. “ Ucapku. Ayahpun berkata bahwa Ia juga sangat merindukan ibu. Kasihan ayah, pikirku. 

Sumber: liputan6.com
Sumber: liputan6.com

Bab XI

Rahasia Terkuak


Ayah beranjak dari tempat tidurku lalu keluar dari kamarku. Aku kemudian mengatakan kepadanya, “ Sampai besok yah.” Ia menoleh dan tersenyum padaku. Tadi aku merasa sangat mengantuk. Tetapi, setelah ditinggalkan ayah, aku merasa takut dan rasa kantuk yang melandapun sekejap sirna. Aku beberapa kali bolak - balik di tempat tidur dan tetap tidak bisa tidur. Dalam tidur ayamku, aku merasakan ada sesosok manusia sedang mengamatiku. Orang itu berdiri di samping tidurku. Ia memiliki sorotan mata berwarna merah. Aku menarik selimutku menutupi wajah. Kemudian aku menarik turun selimutku. Sosok manusia itu tiba-tiba menghilang begitu saja. Lalu di luar kamarku, aku mendengar ada yang memanggil namaku berulang – ulang. “ Rifki, Rifki ayo ikut aku. “ Suara itu berangsur-angsur menghilang. Aku turun dari tempat tidurku, membuka pintu kamarku. Deritan pintu kamarku menambah tegangnya suasana di hatiku. Ada seorang anak kecil yang berdiri di bawah, anak itu mengisyaratkan supaya aku ikut dengannya. Perlahan aku menuruni tangga. Lalu bergegas menyusuri lorong. Anak itu sudah berdiri tepat di pintu masuk menuju ruang bawah tanah.

Aku menuruni anak tangga, kuperhatikan anak itu menuruni tangga sangat cepat sekali. Tiba – tiba aku mengalami sebuah penglihatan. Aku seperti dibawa pada suatu malam di mana Roni, nyonya Ifa dan pak Nazril ada di ruangan bawah tanah ini. Ruangan bawah tanah ini seolah nyata dan hidup di hadapanku. Obor lampu di sejumlah titik di ruangan bawah tanah berkobar-kobar. Anak tangga terlihat sangat bersih, setiap lukisan dan ornamen yang berada di ruangan itu terlihat sangat hidup. Kolam di tengah memancarkan kesegaran, air mancur di tengahnya menambah kesemarakan ruangan bawah tanah ini. Ikan – ikan kecil dan katak pun yang berada di kolam ikut menghiasai kolam mini itu. Beberapa tanaman gelombang cinta dan bougenville ada di sudut kolam. Hidup berdampingan seolah ingin beradaptasi, karena dalam sebuah ekosistem yang saling bergantung satu sama lain.

Aku menuruni anak tangga perlahan, kemudian dengan bertumpu pada sebuah arca batu di pinggir tangga. Aku menghentikan langkahku, kemudian duduk menghadap pada kronologis sebuah kejadian yang mungkin akan menguak rahasia kematian Roni. Sekonyong-konyong penglihatanku berubah dan aku dibawa kepada suatu tempat. Iya, itu adalah rumah pak Ilham. Tepat di ruang tamunya yang berukuran sangat besar.

Nyonya Ifa, berkerudung merah marun, memakai khaftan mewah berwarna merah tua yang di padukan dengan sepatu boot berwarna hitam. Wajahnya sangat cantik, matanya tajam sangat sempurna dengan kulit wajah yang halus bak pualam. Ia memegang tangan pak Nazril, yang saat itu mengenakan kemeja tangan panjang garis-garis, celana hitam dan sepatu putih dengan list hitam di bagian pinggirnya dan berkata, “ Aku hanya butuh sedikit waktu untuk menyingkirkan Ilham Sanusi. Lalu kita akan bersama. “

Pak Nazril berkata, “ Apa kamu yakin dengan semua ini? Tidak akan semudah itu Ifa. “

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun