Mohon tunggu...
Benyamin Melatnebar
Benyamin Melatnebar Mohon Tunggu... Dosen - Enjoy the ride

Enjoy every minute

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Nightmare Basement

30 Agustus 2021   14:07 Diperbarui: 30 Agustus 2021   15:20 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah ini berukuran sedang dan memiliki 2 lantai. Gentengnya masih menggunakan genteng edisi lama berwarna merah yang hampir pudar namun tersusun sangat rapi. Memiliki kebun kecil di bagian belakang dan sebuah lahan kosong kecil yang biasa dipakai sebagai tempat jemuran. 

Rumah ini terlihat simple dari luar tetapi memiliki kerumitan di dalamnya. Tidak ada yang bisa menebak bahwa setiap lekuk – lekuk di dalam rumah ini menceritakan sebuah rahasia yang ingin digali. 

Di dalam ruang tamu, terpampang sebuah lampu gantung yang sangat unik, langit-langitnya memiliki ukiran khas jawa seolah – olah rumah ini dulunya didiami oleh keluarga ningrat, lorong-lorongnya terlihat gelap namun bernuansakan bangunan kuno karena terlihat dari kayu-kayu plitur yang memanjang, keluaran zaman penjajahan Belanda. 

Setiap ruangan berukuran sedang, dari kamar ayahku, ruang makan, dapur, kamar mandi dan kamarku. Dan setiap ruangan memiliki ukiran, lekuk, plinth dan langit - langit yang bercorak unsur Jawa yang kental dipadukan dengan model rumah Belanda klasik. Bahkan setiap anak tangga dan bentuk kamarku pun dihiasi dengan beberapa ornamen khas kejawen.

Ayah pernah menceritakan padaku, bahwa ia sudah lama mengincar rumah ini untuk menjadi salah satu kandidat rumah yang akan kami tempati, selama penugasannya di desa. Ayah telah menghubungi beberapa rekannya yang sudah mengetahui bahwa rumah ini akan dijual.

Ayah memang lebih senang, untuk membeli rumah daripada menyewanya. Karena menurutnya, bisa menambah asset sebagai media untuk berinvestasi. Sudah kuhitung jumlah rumah yang ayah miliki lebih dari dua puluh rumah dan semuanya dijadikan lahan untuk dijadikan kost-kostan atau rumah kontrakan. 


Dalam usia mudanya, ayah bisa dibilang sangat sukses dengan penghasilan yang tidak sedikit. Dari sekian banyak rumah di desa ini, akhirnya rumah inilah yang dipilih oleh ayah dan aku. Aku sangat menyukai model rumah ini. Rumah ini mengingatkanku pada rumah pertama kami. 

Di mana aku, ayah dan ibu masih tinggal satu rumah. Semuanya nyaris sama dengan ingatanku beberapa tahun lalu, sewaktu aku masih kecil. Walaupun aku masih kecil saat itu, namun ingatanku sangatlah kuat. Mungkin dengan tinggal di rumah ini akan mengembalikan keindahan masa-masa indah dulu.

Jujur saja, sebenarnya aku tidak terlalu setuju dengan kebiasaan ayah yang pindah – pindah tugas, tetapi kami tidak punya pilihan untuk hal ini. Ayah harus survive and struggle for our life. Karena dengan perpindahannya, aku harus beradaptasi lagi di lingkungan dan sekolah yang baru. 

Terkadang aku berpikir, kenapa ayah menerima tawaran atasannya untuk ditempatkan di daerah terpencil seperti ini. “ Apa sih yang ayah cari. ” ucapku pelan. Aku sangat membencinya bila ia tetap menuruti apa kata bosnya, oleh sebab itu aku kabur di hari pertama kami tiba di desa ini. 

Aku marah karena harus menuruti kemauannya terus – menerus. Disaat aku sudah punya beberapa teman baik, aku harus meninggalkan mereka. Ditambah lagi, tidak mudah untuk menemukan teman – teman yang baik di sekolah. Terkadang aku di bully dan di siksa oleh teman – teman yang suka menindas. Puncak kekesalanku pada ayah adalah ketika kami terlibat pertengkaran yang cukup serius. 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun