Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bangkit Bersama di Tengah Badai: Jalan Menuju Indonesia Kuat

20 Mei 2025   08:05 Diperbarui: 20 Mei 2025   07:38 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Refleksi Hari Kebangkitan Nasional: saatnya kita bangkit bersama wujudkan Indonesia yang adil, kuat, dan penuh harapan (Foto by artificial intelligence)

Refleksi Hari Kebangkitan Nasional 2025

Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap tanggal 20 Mei kita kembali menundukkan kepala sejenak. Hari Kebangkitan Nasional bukan hanya catatan dalam buku sejarah. Ia adalah napas yang mengingatkan kita dari mana kita berasal dan ke mana seharusnya kita menuju.

Tahun ini, peringatan Hari Kebangkitan Nasional terasa lebih relevan dari sebelumnya. Bukan karena seremoni atau pidato pejabat yang kerap kita dengar, tetapi karena situasi hari-hari ini memang sedang tidak mudah. Harga kebutuhan pokok masih tinggi, banyak anak muda kesulitan mencari pekerjaan layak, dan rasa lelah menghadapi ketidakpastian makin terasa di mana-mana.

Namun, seperti kata pepatah lama: gelap bukan berarti akhir. Kadang, justru dari kegelapan itulah cahaya kecil bisa mulai menyala. Dan dari cahaya kecil yang menyatu, lahirlah harapan baru.

Tema yang Menyentuh: Bukan Sekadar Slogan

Tema Hari Kebangkitan Nasional tahun ini adalah "Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat." Barangkali bagi sebagian orang, ini terdengar seperti jargon. Tapi mari kita tarik napas, dan merenungkan maknanya perlahan.

"Bangkit bersama" artinya tidak ada satu pun yang boleh tertinggal. Bahwa pemulihan ekonomi bukan hanya soal pertumbuhan angka, melainkan soal apakah keluarga di kampung tetap bisa membeli beras. Soal apakah anak-anak di kota kecil masih punya harapan kuliah. Soal apakah kita saling menolong, atau malah saling mendahului.

Sementara "Indonesia kuat" bukan tentang kekuasaan, melainkan tentang ketangguhan. Tentang bagaimana bangsa ini bertahan ketika dihantam pandemi, krisis iklim, sampai gejolak dunia yang tak menentu. Kekuatan sejati tidak selalu datang dari senjata atau angka, tapi dari empati, kerja keras, dan kemampuan untuk terus berjalan meski tertatih.

Melihat Keseharian dengan Jujur

Hari ini, kita hidup dalam kenyataan yang kompleks. Di satu sisi, ekonomi tumbuh, infrastruktur dibangun, dan teknologi berkembang. Tapi di sisi lain, kita juga melihat wajah muram dari pembangunan: ketimpangan yang makin nyata, birokrasi yang lambat berubah, dan ketidakpastian yang menghantui para pencari kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun