Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Money

Gelombang PHK dan Pabrik Tutup di Awal 2025: Apa yang Sebenarnya Terjadi

10 Maret 2025   11:00 Diperbarui: 10 Maret 2025   08:18 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buruh dan karyawan mendengarkan pidato dari direksi perusahaan di Pabrik Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (28/2/2025). Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha (kumparan.com)

Awal tahun 2025 menjadi mimpi buruk bagi dunia industri dan tenaga kerja Indonesia. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terus terjadi, ribuan karyawan kehilangan pekerjaannya, dan sejumlah pabrik terpaksa gulung tikar.

Dalam tiga bulan pertama tahun ini saja, lebih dari 14.000 pekerja terdampak PHK dari berbagai perusahaan besar, termasuk Sritex Group (10.665 karyawan), Yamaha Music (1.100 karyawan), dan PT Adis Dimension Footwear serta PT Victory Ching Luh (2.500 karyawan).

Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa banyak perusahaan yang tiba-tiba melakukan efisiensi besar-besaran?

Daya Beli Melemah, Industri Terpukul

Menurut Direktur Ekonomi Digital Celios, Nailul Huda, salah satu penyebab utama PHK massal ini adalah melemahnya permintaan dalam negeri.

Daya beli masyarakat yang turun terlihat dari:
Deflasi selama lima bulan berturut-turut di Indonesia
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang melambat

Dengan lesunya daya beli, produk-produk lokal semakin sulit terjual, membuat industri kesulitan mempertahankan produksi dan tenaga kerja.

Serangan Impor dan Kebijakan yang Longgar

Tak hanya itu, kebijakan baru justru semakin memperparah kondisi industri dalam negeri. Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024 disebut-sebut mempermudah masuknya barang impor ke Indonesia.

Hasilnya? Produk-produk luar negeri membanjiri pasar, memukul industri lokal yang semakin kesulitan bersaing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun