Tiada lagi keamanan hakiki—hanyalah fatamorgana yang kita rajut dari senyap.
White Raven berdendang bukan sebagai tanda peringatan, melainkan ejekan.
Zohreh akan berbisik dalam koordinat, bukan pekik deklarasi.
— E
Ethan melipat kembali kertas itu, meletakkannya di dalam saku jas. Tidak ada peta. Tidak ada lokasi. Hanya isyarat.
Di luar, suara azan sudah padam. Tapi dalam dirinya, gema itu belum selesai.
"Zohreh will speak in coordinates..."
**********
Sementara itu di Wina, ruang rapat IAEA mulai mencekik. Lampu LED putih menyinari wajah-wajah diplomat dari tiga benua. Di balik dinding kaca, salju turun perlahan di atas Vienna International Centre—seputih protokol yang dingin, setebal diam yang menyelimuti forum resmi itu.
Lantai pualam berkilau memantulkan cahaya, dan suara langkah sepatu slip-on kulit para delegasi terdengar tajam—ketukan yang rapi, nyaris tanpa beban, namun mengandung tekanan tak terlihat. Suara itu bersahutan pelan dengan gemerisik kertas, desis air diffuser, dan derik pelan mikrofon yang belum aktif.
Gracia Sharma berdiri di hadapan Dewan Gubernur, tangannya terkepal samar di balik punggung. Di belakangnya: layar yang menampilkan animasi vektor isotop—hasil kompilasi datanya sendiri. Vektor-vektor itu menjalin jalur pengayaan uranium tak terdaftar, membentuk pola yang menunjuk ke simpul logistik di Armenia dan Laut Merah.