Farid terdiam. Pandangannya menegang sejenak.
"Kalian menyebutnya... Raven Putih?"
"Itu yang disebut dalam sistem kalian," jawab Ethan. "Kami hanya mengikuti pantulan bayangannya."
Farid menghela napas, matanya menyipit. "Raven Putih bukan nama kode. Itu cermin. Ia lahir dari bayang-bayang kebohongan global, dari ketakutan yang disimpan di jantung teknologi."
Ia menunduk sebentar, seperti mengingat suara yang hanya ia dengar.
"Dulu kami menyebutnya panggilan... saat semua protokol gagal. Ia bukan organisasi. Bukan fasilitas. Ia seperti kabut—datang tanpa bentuk, bergerak tanpa suara. Sebuah metafora untuk mereka yang menyusup ke dalam sistem, bukan untuk melumpuhkan, tapi untuk memperingatkan."
Lena menyela lirih, "Zohreh?"
Farid mengangguk pelan. "Zohreh bukan satu tempat. Bukan fasilitas. Ia adalah jaringan. Sebuah retakan dalam sistem global. Ia mengalir melalui celah-celah: pasar logam radioaktif, server-server gelap, dan kepercayaan bahwa dunia tidak mendengarkan... kecuali engkau membawa bom."
Ia membuka laci kayu di bawah meja, mengeluarkan secarik kertas usang yang dilipat empat. Ia meletakkannya perlahan di hadapan Ethan dan Lena.
"Elias... dia percaya pada sinyal-sinyal kecil di antara bisingnya dunia. Dia tahu dunia tidak dibangun dari kebenaran, tapi dari kredibilitas—dan itu lebih berbahaya."
Ethan membuka lipatan itu. Tulisan tangan Elias tampak tegas tapi tergesa:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!