Namun terkadang, lantai yang dingin, tak disayang,
Mengecup lutut, mengukir pedih yang nyata.
Mungkin terjatuh, kala gerak tak sempurna,
Atau lincahnya terlalu deras mengalir.
Luka itu, sebuah konsekuensi manis adanya,
Dari cinta yang tak pernah ingin mengakhir.
Kontras merah di putihnya kulit elok,
Bak kembang api di malam yang hening.
Bukan aib, melainkan medali yang dipeluk,
Bukti perjuangan, semangat yang tak pernah kering.
Dan esok, saat musik kembali mengalun,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!