Mohon tunggu...
Bayu Wira Pratama
Bayu Wira Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Saya adalah seseorang yang terus mencari identitas dan belajar untuk terus belajar. Sangat menghargai pengetahuan, apalagi ketidaktahuan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kant dan Hatta: "Jam Rakyat"

21 September 2022   20:59 Diperbarui: 21 September 2022   22:22 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Immanuel Kant dan Muhammad Hatta.

Baik Kant maupun Hatta, jarang diekspos terkait dengan rutinitas sehari-hari mereka. Salah satu yang cukup menarik perhatian disini adalah rutinitas mereka berjalan kaki. Ya, berjalan kaki. Kita memang berjalan kaki, tapi apakah kita benar-benar "berjalan kaki?" 

Dari Socrates, Nabi Muhammad, Rousseau, Thoreau, hingga Nietzsche, semuanya adalah pejalan kaki yang hebat. Mereka berjalan kaki dengan penuh kesadaran, melangkahkan satu kaki di depan kaki yang lainnya dengan niat. 

Mereka menganggap tak ada satupun langkah kaki yang sia-sia. Mulai dari langkah kaki ke masjid yang dihitung pahala dari sabda Nabi Muhammad hingga langkah demi langkah Kaki Rousseau yang membawanya pada sebuah pemikiran filosofis kendati mata ikan yang menyakitkannya sepanjang hidup (sampai-sampai beliau tak bisa melompati sebuah got biasa). Termasuk di antara barisan pejalan kaki tersebut, ada nama Kant dan Hatta. 

Königsberg, Prusia, sudah kenyang diinjak oleh kedua kaki Kant. Selain membaca dan menulis, beliau menganggap berjalan kaki sebagai rutinitas penting, di samping juga apa yang harus ia santap. 

Beliau sangat disiplin dan peduli terhadap kerapihan. Tepat pada pukul 5 sore, Kant berjalan kaki. Entah cuaca cerah atau hujan, beliau tetap kukuh ingin melangkahkan kaki keluar. 

Beliau berjalan dengan mulut tertutup, karena itulah beliau dijumpai berjalan hanya seorang diri. Rutenya selama rutinitas itu dijalankan sama persis, dijuluki sebagai "Jalan Sang Filsuf". 

Hanya dua kali Kant mengubah rutenya, pertama ketika Kant ingin membeli buku terbaru Rousseau, Émile, yang kedua ketika Kant ingin mengetahui berita terkini seputar Revolusi Prancis. 

Saking teraturnya jadwal sehari-harinya, juga jadwal berjalan kakinya, Kant disebut sebagai "Jam Königsberg". Orang-orang mencocokkan jamnya dengan rutinitas Kant. Ketika Kant keluar untuk berjalan kaki pukul 5 sore, orang-orang yang tidak tahu waktu langsung mengetahuinya setelah melihat Kant. 

Hal serupa juga dirutinkan oleh Hatta. Dimanapun Hatta berada, meskipun jadwalnya berubah-ubah tergantung tempatnya, tapi ditaatinya dengan betul. Selama pengasingannya di Banda Neira, Hatta merutinkan berjalan kaki dari pukul 4-5 sore mengelilingi Pulau Banda melewati kebun pala. Ini dilakukannya dari Senin hingga Sabtu. 

Dengan jarak tempuh sekitar 3 km bolak-balik, Hatta menyusuri jalan setapak. Rutenya pun juga sama persis tiap harinya: Dari rumah ke masjid, belok masuk ke hutan, melewati kebun pala, dan finish di dekat pantai ujung pulau. Rutenya juga sama ketika kembali. Pekerja perkebunan setempat menjadi hafal betul dengan rutinitas Hatta tersebut. 

Jika Hatta muncul, para pekerja akan berseru, "Wah, sudah jam lima." Mereka lalu berhenti bekerja. Hatta dijadikan "jam" oleh mereka karena tidak ada jam di kebun pala yang luas tersebut. Hatta fokus dalam kegiatan berjalan kakinya, dan jarang berhenti untuk sekadar mengobrol dengan pekerja kebun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun