Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Photographer, Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Explore Nusa Penida di Masa Pandemi Covid 19 (Part 1)

4 Maret 2021   17:28 Diperbarui: 4 Maret 2021   17:33 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: dokpri Very barus

Pandemi Covid 19 ini bener-bener merusak segalanya. Terutama merusak mata pencaharian khususnya dibidang pariwisata. Yang paling merasakan sekali dampak wabah Covid 19 ini adalah Pulau Bali. Pulau yang dulu dijuluki sebagai island never sleep, karena hampir setiap pagi hingga ketemu pagi lagi, setiap pelosok pulau Bali selalu ramai. Khususnya turis-turis asing dari seluruh pelusuk dunia. Pulau Bali menjadi surga bagi mereka karena apa yang mereka inginkan ada di bali. Mulai dari pantainya, dunia malamnya, kulinernya, tradisinya, budayanya, mataharinya dan semuanya dah. Tidak heran kalau Bali menjadi salah satu destinasi wisata terbaik di dunia. Tapi, kini? Pulau Bali seakan disulap menjadi pulau yang sepi seakan tak berpenghuni. Kalau pun ada turis disana, itu pun mereka yang tidak bisa kembali ke negaranya karena lockdown. Hanya turis lokal lah yang menggambarkan agar pulaunya para Dewata ini tidak terasa benar-benar mati.

                 Tahun 2020 lalu, saya dan teman-teman pecinta traveling sengaja berwisata ke Bali. Selain Bali menjadi destinasi wisata favorit saya, juga kami ingin explore Bali di wilayah yang tidak hanya Kuta, Legian, Seminyak, Krobokan dan sebagainya. Kami ingin menyeberang ke Pulau Nusa Penida. Meski sudah cukup sering pergi ke Bali, namun Nusa Penida belum juga sempat terjamah oleh kaki saya. Saya terlalu terlena dengan keindahan destinasi kawasan Seminyak dan sekitarnya, sehingga ajakan ke Pulau Nusa Penida selalu saya abaikan.

foto: dokpri Very barus
foto: dokpri Very barus

Kepergian kami Ke Bali memang di khususnya hendak mengexplore Pulau Nusa Penida, oleh karena itu, setibanya di Bali, kami langsung ke Sanur untuk menyeberang ke Nusa Penida.  Sudah cukup lama saya tergodoa dengan pemandangan Kelingking Beach, Diamond Beach, Atuh Beach, Broken Beach, Angel Bilabong dan banyak lagi pantai-pantai indah yang ada di Nusa Penida. Tidak sampai 1 jam menyeberang dari Sanur kami sudah tiba di Nusa Penida.

Hmmm, panas terik matahari menyambut kedatangan kami. Warna laut yang bening tampak begitu indah. Perpaduan antara warna biru dan hijau tosca sudah menggoda iman saya untuk menyeburkan diri. Tapi, sayang, kami baru tiba di dermaga,bro!  

Oiya, saat menyeberang, penumpang yang hendak menyeberang sangat sedikit. Bangku yang ada di dalam kapal penyeberangan tidak terisi semua. "Tidak seperti biasanya, kapan ini tampak sepi sejak Covid. Biasanya penumpang penuh. Sekarang semua serba sepi." kata salah seorang penyedia alat transportasi di Nusa Penida yang menawarkan transportasinya untuk di sewa selama di Nusa Penida. Omongannya semakin terbukti ketika tiba di Dermaga di Nusa Penida. Penumpang kalah banyak dibandingkan calo penyewa jasa transportasi dan penginapan yang berlomba-lomba menawarkan "dagangannya".

Setiba di Dermaga, kami langsung menyewa motor matic seharga Rp.50.000/hari. Katanya sih, kalau bukan gara-gara pandemi, sewa motor biasanya dibandrol dengan harga Rp.75.000/hari. Tapi, karena sepi, mereka terpaksa banting harga supaya motor mereka tidak nganggur.

                Selesai transaksi, motor langsung kami bawa menuju penginapan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari dermaga. Sepanjang perjalanan menuju penginapan, mata kami dimanjakan dengan indahnya pemandangan Nusa Penida. Hmm, kenapa baru sekarang saya kesini kalau ternyata pemandangannya seindah ini? Tapi, lagi-lagi sepanjang perjalanan kami tidak pernah melihat turis asing berlalu lalang. Jalanan tampak sepi. Hmmm, sangat miris.

foto: dokpri Very barus
foto: dokpri Very barus

Sepuluh menit perjalanan dari dermaga, kami tiba di Bungalow.  Kami menyewa Bungalow yang cukup cozy dan asri dengan harga Rp.250.000/malam. Kamarnya luas, AC-nya nampol dan fasilitasnya juga cukup menarik dengan kolam renang di tengah area penginapan. Bungalow yang biasanya di bandrol dengan harga Rp.500 ribu/malam, gara-gara Corona akhirnya menurunkan harga sewanya.

                "Tamu sepi, pak. Jadi kita pun sengaja membuat harga diskon agar turis lokal mau nginap disini. Kalau harga normal pasti nggak ada tamu," ujar petugas resepsionis sambil tersenyum. Kami disambut dnegan suguhan minuman dingin sebagai welcome drink-nya. Segar banget. perpaduan rasa lemon dan lemon grass mmebuat minuman itu bikin nambah.

Selamat datang di Nusa Penida, saya akan berkisah tentang keindahan Nusa Penida, juga saya akan kuliti satu persatu destinasi yang ada disini. Laporan pandang mata saya akan terpuruknya pulau ini gara-gara Covid 19 juga akan saya beberkan. Curhat para pedagang, pemilik hotel, pemilik cafe juga penikmat wisata di kolom berikutnya.

Selamat membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun