Mohon tunggu...
Tiyang polos
Tiyang polos Mohon Tunggu... Jagain warung

Ingin berpetualang baru dan mencari saudara baru sekaligus merangkai kata demi kata menjadi sebaris kalimat yang tidak begitu berguna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puisi lelaki tua

13 Oktober 2025   01:33 Diperbarui: 13 Oktober 2025   01:33 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

tapi tentang seberapa ikhlas langkahmu.

Selesai menulis, Gino mencoba menaruh buku itu di rak. Tangannya gemetar. Beberapa buku jatuh berdebam pelan. Ia tersenyum kecil.

Tak tahu bahwa senyum itu adalah pamit terakhirnya.

---

Dua jam kemudian, Nia tiba di rumah ayahnya. Ia merapikan buku-buku yang berserakan, lalu membuka buku catatan pemberiannya. Saat membaca puisi di halaman terakhir, matanya berkaca-kaca.

"Hm... Bapak ternyata hobi nulis puisi dan cerpen," gumamnya.

"Apa maksud Bapak menulis ini?"

Belum sempat dijawab, ponselnya berdering.

Nama di layar: Mas Nur.

"Nia, kamu di mana?"

"Aku di rumah Bapak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun