"Pasti Bapak juga tahu," batinnya waktu itu.
Dan memang benar, Gino bukan lelaki bodoh. Ia menaruh curiga, tapi tetap berusaha tidak berprasangka tanpa bukti. Hingga suatu sore, istrinya pamit.
"Pak, aku pergi dulu sama Sinta dan teman-teman, mau bahas reuni SMA."
Gino hanya mengangguk pelan, menatap gerak-gerik istrinya dengan hati bergetar. Setelah pintu tertutup, ia mengirim pesan ke Linda, teman istrinya yang juga ikut reuni.
"Nda, tolong awasi istriku, ya."
"Siap, Bos. Aku kabarin nanti."
Sekitar sejam kemudian, pesan dari Linda masuk.
"Bos, kamu siap nerima kabar?"
"Kabar baik atau buruk, aku terima dengan elegan."
"Istrimu tadi datang dibonceng pria lain. Lelakinya nunggu di motor. Rambut cepak, pakai kacamata."
"Ah... berarti dugaanku benar," balas Gino pendek.