Mohon tunggu...
Tiyang polos
Tiyang polos Mohon Tunggu... Jagain warung

Ingin berpetualang baru dan mencari saudara baru sekaligus merangkai kata demi kata menjadi sebaris kalimat yang tidak begitu berguna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puisi lelaki tua

13 Oktober 2025   01:33 Diperbarui: 13 Oktober 2025   01:33 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hahaha... pasti dong. Ini Bapak pura-pura sakit aja biar disuapin anak cantik dan salehah kayak kamu."

"Pak Gino nih..." Nia tertawa kecil. "Udah ya, Nia berangkat dulu. Takut telat."

"Iya, hati-hati ya, cantikku."

---

Gino dan istrinya sudah pisah rumah sejak Nia SMA kelas satu. Dua kakaknya, keduanya laki-laki, lebih memilih ikut ibunya.

Namun Nia, satu-satunya anak perempuan, memilih untuk tetap netral. Ia menyayangi keduanya. Baginya, orang tua adalah pintu surganya. Tentang perceraian, ia percaya itu sudah kehendak Tuhan. Tak ada yang perlu disesali.

Nia kini bekerja di perusahaan Jepang ternama. Jabatan manajer di usia muda itu tak lepas dari bantuan sang ayah, teman lama Gino kebetulan menjadi HRD di sana.

Pagi itu, sesampainya di kantor, ponsel Nia berdering. Pesan dari Gino:

"Cantik, pulang kerja jangan lupa jenguk ibumu, pastikan kondisinya baik-baik saja."

Nia tersenyum.

"Siap, bosku," balasnya singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun