"Hahaha... pasti dong. Ini Bapak pura-pura sakit aja biar disuapin anak cantik dan salehah kayak kamu."
"Pak Gino nih..." Nia tertawa kecil. "Udah ya, Nia berangkat dulu. Takut telat."
"Iya, hati-hati ya, cantikku."
---
Gino dan istrinya sudah pisah rumah sejak Nia SMA kelas satu. Dua kakaknya, keduanya laki-laki, lebih memilih ikut ibunya.
Namun Nia, satu-satunya anak perempuan, memilih untuk tetap netral. Ia menyayangi keduanya. Baginya, orang tua adalah pintu surganya. Tentang perceraian, ia percaya itu sudah kehendak Tuhan. Tak ada yang perlu disesali.
Nia kini bekerja di perusahaan Jepang ternama. Jabatan manajer di usia muda itu tak lepas dari bantuan sang ayah, teman lama Gino kebetulan menjadi HRD di sana.
Pagi itu, sesampainya di kantor, ponsel Nia berdering. Pesan dari Gino:
"Cantik, pulang kerja jangan lupa jenguk ibumu, pastikan kondisinya baik-baik saja."
Nia tersenyum.
"Siap, bosku," balasnya singkat.