Mohon tunggu...
Tiyang polos
Tiyang polos Mohon Tunggu... Jagain warung

Ingin berpetualang baru dan mencari saudara baru sekaligus merangkai kata demi kata menjadi sebaris kalimat yang tidak begitu berguna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puisi lelaki tua

13 Oktober 2025   01:33 Diperbarui: 13 Oktober 2025   01:33 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Belum pulih benar luka di kaki Gino, bekas kecelakaan tunggal saat pulang kerja. Entah karena kelelahan mengejar lembur, atau karena lelah memikirkan rumah tangga yang sejak lama tak utuh. Lelaki berusia 54 tahun itu kini berjalan tertatih, menahan nyeri sekaligus sepi.

"Assalamualaikum, Pak..."

Suara lembut Nia, anak bungsunya, memecah pagi.

"Wa'alaikum salam," jawab Gino pelan.

"Ini, Pak. Sarapan dulu. Nia bawain makanan kesukaan Bapak."

"Oya, apa itu, cantik?"

"Soto daging sapi yang super empuk, biar gigi Bapak nggak sakit waktu ngunyah."

Gino tersenyum, matanya teduh.

"Aduh, anak Bapak emang selalu bisa bikin Bapak bahagia," ujarnya sambil mengusap rambut Nia.

"Nia makan bareng, ya?"

"Duh, Nia bentar lagi harus berangkat kerja, Pak. Yang penting Bapak makan dulu, terus minum obatnya. Nia pengin lihat lelaki hebat di samping Nia ini bisa jalan tegak lagi, kayak dulu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun