Mohon tunggu...
Tiyang polos
Tiyang polos Mohon Tunggu... Jagain warung

Ingin berpetualang baru dan mencari saudara baru sekaligus merangkai kata demi kata menjadi sebaris kalimat yang tidak begitu berguna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senandung Malam Lelaki Nakal

11 Agustus 2025   04:49 Diperbarui: 11 Agustus 2025   04:49 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam yang Terencana

Malam itu, lelaki itu berdandan rapi. Kemeja biru tua yang baru disetrika, celana bahan hitam tanpa satu pun lipatan kusut, sepatu mengilap yang memantulkan cahaya lampu rumah. Di pergelangan tangannya, jam tangan perak berkilau---hadiah ulang tahun dari istrinya, Diana. Aroma parfum maskulin menguar, memadukan wangi kayu manis dan cedar. Rambutnya tertata klimis, kulit wajahnya bersih, tanda perawatan rutin yang tak murah.

"Sayang, aku berangkat dulu, ya," ucapnya sambil menoleh ke arah Diana yang duduk di sofa, menyelimuti kakinya.

"Hmm, parfum kamu baru, Pah... wangi banget," kata Diana, matanya sedikit menyipit, seperti mencoba mengingat.

"Iya, kemarin nyoba produk baru. Lagi promo, jadi ya... cobain aja."
Suara dan senyumnya datar, dalih yang cukup meyakinkan bagi siapa pun, kecuali mungkin bagi yang tahu, parfum itu sebenarnya hadiah dari seorang perempuan lain.

Jalanan dan Warung Rahasia

Tak lama, lelaki itu meluncur di jalan dengan motor kesayangannya. Udara malam menyentuh wajahnya, tapi pikirannya melayang ke tempat lain: wajah seorang perempuan yang belakangan ini sering membuatnya tersenyum sendiri. Janda, pemilik warung makan di sebelah kantornya.

Di kantor, tumpukan dokumen menyambutnya. Laptopnya yang katanya sudah seperti teman baik di kala suka dan duka menyala, layar putihnya menunggu disentuh jemari cekatannya. Ia bekerja cepat, seperti ingin segera melewati waktu menuju jam istirahat.

Tak sampai lama, bel berbunyi. Jam istirahat. Para karyawan berhamburan keluar. Lelaki itu melangkah ke arah warung di sudut halaman. Tempat itu redup, diterangi satu lampu bohlam kuning yang menggantung di antara daun-daun lebat pohon.

"Beb, mau minum apa?" tanya perempuan itu sambil tersenyum dan, entah kebetulan atau tidak, jarinya menyentuh paha lelaki itu.

"Teh manis hangat aja, sayang," jawabnya, menggenggam tangan perempuan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun