Jawab pak Nyamidi: Saya sebenarnya hanya memperhatikan, dan melihat gerak bibir saat bapak berbicara. Kalau saya lihat bapak mrenges, saya ya ikut mrenges. Kalau saya lihat bapak tertawa, saya ya ikut tertawa mengimbangi, kata beliau.
Hus asemane ( sialan ), jawab penulis spontan.
Terus pak Nyamidi melanjutkan bicaranya, abis saya mau ngomong keadaan bapak yang senyatanya saya tidak berani, khawatir bapak tersinggung.
O begitu, sahut penulis.Â
Dengan telah kembalinya pendengaran, dan suara apa boleh penulis dikatakan lulus dari Ujian-Nya?
Maha Suci Allah hanya Allah lah yang mengetahui.Â
Al Qur'an surat Al Anfaal ayat 23.
Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu).
Kembali kemasalah berkaitan dengan teman penulis.
Pada kesempatan ini penulis hanya akan memfokuskan pada; Apa sesungguhnya kata - kata teman atas diri penulis. Benarkah apa yang dikatakan teman atas diri penulis? Atau dengan kata lain: Apakah keanehan -- keanehan yang penulis alami sebagaimana telah diceritakan sebelumnya, dapat dikatakan sebagai bukti kebenaran apa yang dikatakan teman atas diri penulis? Maha Suci Allah, hanya Allah lah yang mengetahui.
Berikut cerita singkatnya.