Mohon tunggu...
Reza Permana
Reza Permana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Reza Permana

PERANDA RAWON 74 UPDATE: SABTU DAN MINGGU JAM: 19:00 WIB

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Peranda Rawon 74 (Episode 9)

23 Januari 2022   19:00 Diperbarui: 23 Januari 2022   19:09 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

EPISODE 9 - LAMBE TURAH

Peserta MOS kini sibuk dengan makanan mereka. Bekal yang mereka bawa beragam jenisnya. Ada yang bawa bekal nasi, snack, roti sandwich, dan buah-buahan. Tapi yang lebih dominannya yaitu bekal nasi.

Mereka benar-benar menikmati waktu istirahat ini.

Tapi, kenyamanan mereka lagi-lagi diganggu oleh si mata elang yang benar-benar menjengkelkan. Wanita itu selalu saja mengusik kenyamanan anak-anak tanpa dosa itu. Entah angin dari mana, dia dengan sengaja menyindir semua peserta MOS.

Dari semua kejadian yang telah terjadi, dapat disimpulkan bahwa si mata elang pandai sekali mencari perhatian kepada orang lain, dan dia juga pintar menemukan kesalahan kecil anak-anak MOS untuk dia gunakan sebagai penindasan.

"Makan, kok, enggak nawarin orang lain. Dasar enggak tahu sopan santun!"

Seketika semua peserta MOS berhenti mengunyah makanan mereka. Semua murid baru itu kembali canggung.

"Maaf, kami lupa menawari kalian semua. Mari makan, Kak."

Saking ketakutannya dan terlalu patuh terhadap OSIS tersebut, salah satu dari peserta MOS malah menawarinya makan.

"Telat, bodoh!"

OSIS itu dengan muka dongkol, pergi meninggalkan ruangan aula yang kemudian disusul oleh OSIS lainnya.

Setelah para OSIS itu benar-benar meninggalkan ruang aula. Barulah semua unek-unek peserta MOS membludak melalui mulut mereka.

Cipratan makanan pun muncrat kemana-mana.

"Dasar OSIS P.A, antagonis, tolol! Gue sumpahin Lo dapat jodoh jamet yang sama tololnya kayak Lo!" seru salah satu peserta MOS.

"IIIWWW ULALA BABY! Makanan Lo, tuh, muncrat kemana-mana!" Gadis yang sekelompok dengannya berteriak jijik, "Kalau mau ngomong makanannya ditelan dulu. Bersihin!"

Dia nyengir kuda. "Sorry."

"Dari semua anggota OSIS, Gue paling benci dia, sikapnya itu sok BOS banget." Peserta yang lain juga ikut berseru.

Satu persatu unek-unek itu keluar. Semua celaan, ujaran kebencian, dan sumpah serapah mereka lontarkan pada si mata elang yang menyebalkan. Hingga akhirnya semua ucapan itu terkumpul menjadi udara di atas langit ruangan aula.

"Gue setuju sama mereka!" Ucap Arsil pada teman-teman di kelompoknya, "Gue benci OSIS Kuntilanak itu!"

"Gue juga sama. Jantung Gue hampir copot gara-gara dia tadi ngegebrak meja! Sialan banget emang tuh orang!" Sri Indah juga tak kalah semangat.

"Apalagi, Gue." Ujar Indah.

"Andai Bapak Gue Dukun, udah Gue suruh santet itu orang!" Sri Indah bersungut-sungut sambil mengepalkan tangannya.

"Di kampung Gue ada Dukun hebat, Lo mau ke sana?" tanya Fara menawarkan Dukun hebat di kampungnya pada Sri Indah.

"Di rumah Gue juga ada boneka santet!"

"Kalau di rumah Gue ada banyak batu akik." Ucap Vina dengan wajah serius.

Semuanya jadi cengo.

"Vina ... apa hubungannya sama batu akik?" tanya Arsil.

"Batu akik di rumah Gue bisa ngabulin permintaan."

"Lo anak dukun?" tanya Sri Indah.

"Makan aja kenapa, sih? Omongan kalian lama-lama mulai gila." Titah Indah.

Sambil menyunggingkan bibir, Sri Indah kembali menyantap makanannya. Dia tetap saja emosi ke OSIS tersebut.

Satu persatu dari beberapa kelompok mulai mengganti topik pembicaraan. Mereka sudah cukup puas mengumpat OSIS itu. Tapi, tidak dengan kelompok Indah. Mereka masih tertarik dengan topik tersebut.

"Kalian lihat enggak, sih, tingkah lakunya?" tanya Arsil.

"Memangnya ada apa?" tanya Fani. Sekarang dia mulai akrab dengan teman barunya itu.

"Menurut sudut pandang Gue, OSIS aneh itu sama sekali enggak punya attitude atau etika. Body language-nya, kelihatan banget kalau dia murahan dan ingin jual diri!"

PLAK!

"FARA! LO KENAPA NAMPAR MULUT, GUE?!" teriakkannya membuat semua orang menoleh.

Arsil celingukan dan jadi malu sendiri.

"Lo akun gosip lambe turah, ya?" tanya Fara.

"Enggaklah!"

"Mulut Lo jahat banget. Gue yang dengarnya aja jadi langsung refleks nampar."

Arsil mengusap bibirnya yang memerah. Saking kerasnya tamparan Fara, bibirnya itu tak henti-hentinya berdenyut.

"Tapi Gue setuju, sil. Dia emang kelihatan banget murah---"

Belum selesai Sri Indah berbicara, tangan jahanam Fara kembali beraksi. Kini giliran mulutnya yang menjadi korban.

PLAK!

"Lo lagi ikut-ikutan! Mulut kalian berdua memang enggak pernah sekolah, ya?"

Fani, Rita, Vina, dan Indah hanya tertawa melihat kejadian yang menurut mereka lucu.

"Menurut Gue, dia pemikirannya itu terlalu polos untuk seumuran kita, deh?" Bisik Arsil pada Sri Indah.

"Iya, betul betul betul banget."

"Kalau begitu, kita harus ajarin dia sesuatu!" Sri Indah mengangguk setuju.

Mereka tersenyum licik.

Pikiran jahat mereka berdua pun telah dimulai untuk mencekoki pikiran Fara yang polos.

BERSAMBUNG....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun