Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Infak Sepuluh Ribu Perak

12 Mei 2024   09:27 Diperbarui: 12 Mei 2024   10:55 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Nyumbang itu yang penting ikhlas. Bukan soal jumlahnya."

Hanif mengangguk. Ia masih terisak. Dadanya naik turun tak beraturan. Sesekali ia berusaha menarik napas panjang.

"Tapi, Hanif kok diejek?"

Tangisnya seperti mau pecah lagi. Sang ibu kembali memeluknya, berusaha menenangkan.

"Ya, itu perbuatan nggak baik. Hanif mau memaafkan mereka, kan?"

Hanif mengangguk.  Meski berusaha membuat perasaan anaknya tenteram, dada sang ibu tetap bergemuruh.


"Ini tak bisa dibiarkan!" pekiknya dalam hati.

"Bang Manan harus ambil tindakan."

***

Sang istri menceritakan semua yang dialami anak mereka, Hanif, kepada Pak Manan. Ia mendesak suaminya agar melakukan sesuatu untuk menyembuhkan luka hati Hanif.

Pak Manan menemui Hanif yang sedang menggambar di meja belajar. Dipeluknya anak tunggalnya itu selama beberapa detik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun