Semestinya kutanyakan kembali  di kedua suratnya. Untuk menghapus spekulasi menjalani semusim berikutnya.
Apakah aku harus menyerah?
Dan mengatakan cukup! Ah! Namun tidak cukup sampai di situ. Harus ada peluru yang melalui setinggi dada sehingga terlihat bekasnya. Dan tidak ada apa-apa selain perawatan yang baik, obat-obatan dan istirahat. Barangkali satu minggu memadai lalu menyembuhkan untuk dia pergi lagi.
Suram memasuki jendela ketika mendung mendekati matahari hingga lapisannya menyampaikan bahwa cahaya tidak datang untuk sementara tanpa kepastian. Dan aku tak sampai hati untuk merobek sampul surat yang telah menjadi dingin, bahkan untuk bertanya lagi, bagaimana dengan dia untuk percobaan keduanya.Â
Membuat kedua bola mataku perih dan basah untuk meletakkan saja surat tertutup ini di atas meja persis berhadapan dengan pintu kayu masuk.
Aku pun bersiap akan menjalani lagi semusim ke depan, menunggu dan mempersiapkan apakah mereka akan mengembalikannya kepadaku, tetapi tidak untuk disimpan.