Dulu, ketika ia masih menjadi muridnya, dalam sebuah tidurnya Naomi pernah bermimpi tiba-tiba menjadi istri pak gurunya itu. Meski waktu itu, ia hanya menganggapnya sebagai sebuah bunga tidur saja, tetapi mimpi itu tak pernah dilupakannya. Sekali-sekali mimpinya itu hadir kembali dalam alam sadar dan bawah sadarnya.
"Sudah berapa lama kamu tinggal di kota ini, Omi?"
"Baru sekitar enam setengah tahun, Pak! Tapi buka usaha warung makan ini, baru lima bulan ini. Dan jika Tuhan Yesus ijinkan, tahun depan akan buka griya kecantikan di sebelah ruko ini "
Sambil makan berdua, antara guru dan mantan muridnya itu kemudian terlibat dalam obrolan yang panjang. Yang pertama bercerita adalah Naomi. Secara kronologis, ia bercerita tentang perjalanan hidupnya. Dari selepas SMA-nya, sampai sebagaimana adanya ia sekarang.
"Kamu sekarang tampak lebih matang dan lebih cantik. Lebih pede dan lebih modern."
"Yang jelas saya makin menua, Bapak," candanya, " Sekarang ganti Pak Teguh yang bercerita. Saya akan simak baik-baik, seperti di sekolah dulu, Pak!"
Sang guru pun menceritakan perihal diri dan keluarganya secara urutan waktu juga. Yang paling mengagetkan Naomi, adalah tentang sudah wafatnya secara mendadak isteri Pak Teguh, akibat serangan jantung tiga tahun lalu.Â
Dan sejak itu, sampai sekarang, gurunya itu tinggal berdua saja dengan Tabita (puteri semata wayangnya) yang masih duduk di bangku SMP. Beliau cerita juga tentang mantan murid-muridnya (terutama teman-teman sekelasnya Naomi), yang masih tinggal di kotanya.
"Maaf Bapak, kalau begitu Bapak sudah menjadi 'duren' dong?"
"Apa itu duren?"
"Duren itu akronim dari duda keren, Pak!" goda gadis itu.