Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Trans Substansi Makna Salam Tempel Vs Tempel Salam Batas Jogja Magelang

15 Juli 2019   19:16 Diperbarui: 15 Juli 2019   19:19 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ke [4] Kata [Tempel] dalam trans substansi makna berarti melekat atau wujud [penyatuan] dua hal yang sama dan yang berbeda menjadi satu entitas. Penyatuan diri atau di sebut Manunggal. Maka kata [Tempel] artinya menyatu atau persatuan atau manunggal atau  dalam bahasa Jawa bisa berarti ["ngawiji"] menjadi satu dalam pikiran jiwa, raga pada perbuatan sehingga tidak bisa dipisahkan. Dalam artian manunggal atau "ngawiji" ditambah makna menjadi manunggal kawulo semacam menyatunya diri saya jasmani rohani  dengan objek lainnya kemudian mewujudkan tindakan atau "laku" Jawa Kuna. 

Kata ["ngawiji"] bisa berarti wiwitan atau asal usul atau Nyawiji" adalah wujud dari iman itu sendiri dalam perbuatan baik. Jadi manusia baik tidak hanya tahu kebaikan, tetapi lebih utama adalah melakukan kebaikan itu sendiri tanpa pamrih. Kata ["ngawiji"] atau asal mula ini berubah menjadi wujud lain apa yang disebut 2 sabda yakni [a] sabda urip dan menguripi, dan [b] sabda pelebur [manunggal]. Maka kata tempel lebih mengarah kepada kata sifat [lelaku] kehidupan.

Lalu bagimana trans substansi kata [salam, tempel, dan tugu] dapat dipahami dalam tafsir hermeneutika semiotika. Untuk sementara saya menggunakan tiga kata untuk tafsir  [Salam, Tempel, dan Tugu] dapat dipahami dengan tiga kerangka tafsir pendekatan (1) metode Alegoris, (2) metode Literal, (3) metode Mistikal.

Pemahaman Alegoris makna  Trans Substansi Makna ["Salam Tempel" atau Tempel Salam"] Diantara Jogjakarta Jawa Tengah wujud kehendak moral dalam makna [Welas Asih] adalah sebuah rasa cinta kasih sayang yang menggabungkan empati, dan simpati semacam tindakan lebih suka memberi dibandingkan menerima. Kalau mau lebih kasar jadi manusia jangan pelit dalam semua hal; materi, kerja, belajar,  sebagai ibu-ibu, sebagai bapak-bapak; dalam artian lebih luas [Welas Asih] adalah dimaknai {rame ing gawe sepi ing pamrih] atau bekerja dengan tekun dan sungguh-sungguh tanpa pamrih. Jadi tafsir lebih kepada aspek batiniah manusia dengan melihat konteks maknanya.

Pemahaman Metode Literal manka Trans Substansi Makna ["Salam Tempel" atau Tempel Salam"] diantara Jogjakarta Jawa Tengah. Tafsir lebih banyak pada lahirah {raga jasmani]. Maka dapat dipahami sebagai batas territorial administrasi pemerintahan atau wilayah hukum daerah antara Jogja, dan Jawa Tengah. Pemisah tersebut disimbol dengan Tugu Ireng atau tugu selamat datang sebagaimana daerah lain di Indonesia. Tidak memiliki makna filosofis dan ontologis.  

Pemahaman Metode Literal manka Trans Substansi Makna ["Salam Tempel" atau Tempel Salam"] Metode Mistikal. Secara metafisik bisa ditafsir berbagai makna. 

Sedangkan ["Tempel"] Wilayah Wangsa Tanah, Air, Api, Udara di Jogja; sedangkan ["Salam"] adalah wilayah anasir Tanah, Air, Api, Udara Magelang Jawa Tengah.

Jika dari Jawa Tengah ke Jogja maka pertama-tama harus ada rasa hormat atau ["Salam"] pada kekuasan raja Jawa dengan segala dimensinya, yakni tiga tiang tugu ireng simbiol  telu-teluning atunggal  pada ingat asal usul [alam purwo], ingat pada diri sekarang ini [alam madyo], dan ingat alam tujuan manusia [alam wasono]. Maka tahap setelah itu menyeberang sungai atau melangkah lewat jembatan Sungai Krasak, baru kemudian masuk wilayah Jogja atau memasuki {Tempel}. 

Artinya ketika anda memasuki wilayah Jogja atau masuk wilayah ini maka 3 tugu ireng tadi diaplikasikan dalam sikap hidup [tindakan atau moral] untuk   dokrin telu-teluning atunggal. Bentuk telu-teluning atunggal  yakni  Papan, Empan, Adepan.  Papan, Empan, Adepan. salah satu pepatah Jawa Kuna   ang artinya  ketika bersikap berbicara supaya memperhatikan tempat, situasi (papan) dimana seorang berada, memperhatikan isi (empan), dan memperhatikan siapa yang dihadapi (adepan). Ojo dumeh, ojo mbeling,  Ojo lali [jangan mentang mentang, jangan aneh-aneh, dan jangan lupa diri eling lan waspodo].

Kebalikannya jika dari Jogja menuju Jawa Tengah maka posisinya terbalik atau mengalami negasi, atau semacam antithesis Model Hegelian. Jika pada posisi Magelang Ke Jojga [Salam Tempel] maka Jogja Ke Magelang [Tempel Salam].

Bolak balik, atau dalam filsafat saya beri nama [Salam Tempel] dan [Tempel Salam] sebagai  Dialektika Dalam Relasi Hubungan Sosial dan Metafisis. Dengan melihat pada teks sebelumnya pada telu-teluning atunggal  sebagai ["dialog atau debat bolak-balik"]. Sama tradisi Yunani Kuna pada makna menciptakan perdebatan antara karakter Socrates, di satu sisi, dan beberapa orang seperti Thrasymachus  Glaucun, sekelompok orang yang kepadanya Socrates berbicara di sisi lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun