Trans Substansi Makna ["Salam Tempel"]VS [Tempel Salam] Batas Jogja Magelang
Jika hendak liburan ke Jogja kemudian dilanjutkan ke Candi Borubudur maka kita bisa turun di Stasiun Tugu atau di Stasiun Lempuyangan  dengan naik kereta Api Bogowoto. Gajahwong, Fajar Utama, Senja Utama, Bogowoto, atau Senja Utama Solo dari Pasar Senen.  Atau jika naik dari Gambir bisa memilih  Argo Dwipangga, Taksaka, Bima, Gajayana semua dapat behenti di statiun Tugu Jogja. Dari tugu bisa memesan gojek atau grab online minta ke arah terminal MDc di Jombor dengan biaya kurang lebih Rp 12.000,-.
Maka dari Jombor dengan uang Rp 7.000 atau Rp 10.000, dapat memilih Bus dengan jurusan Jombor ke Candi Borobudur. Bus ukuran 3/ 4 lumayan baik sekalipun seperti ayunan bikin ngantuk. Jalan dari Jombor ke Candi Borobudur  lebih kurang 50 menit, atau 75 menit maksimal.  Maka perjalanan ada perbatasan antara Sleman dan Magelang,  perbatasan antara wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta disebut "Salam Tempel".
Maka ["Salam"] adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kecamatan  Salam ini berjarak sekitar 19 Km Kota Mungkid, ibu kota Kabupaten Magelang ke tenggara. Pusat pemerintahannya berada di Desa Sucen. Di kecamatan ini terletak Candi Gunung Wukir.  Maka nama ["Salam"] adalah nama kecamatan yang letaknya ada di sebelah utara  dan barat  gapura Batas  merupakan wilayah administratif dari kabupaten Magelang.
Sedangkan ["Tempel"] adalah Kecamatan berada di sebelah barat laut 6 km dari ibukota kabupaten Sleman  Daerah Istimewa Yogyakarta. Posisi  Tempel adalah nama kecamatan Tempel yang berlokasi di sebelah selatan dan timur gapura Batas Jogja dengan Jawa Tengah.
Pada Tugu batas Jogja dengan Jawa Tengah ini  atau penyatuan menjadi kata [Salam Tempel] jika dari Magelang Ke Jogja, dan sebaliknya jika dari Jogja ke Jawa Tengah menjadi [Tempel Salam]. Batas dua wilayah ini dibatasi oleh Tugu Hitam [Tugu Ireng] Jembatan Sungai Krasak, sungai yang mengalirkan air  Gunung Merapi, dimana gunung Merapi  merupakan batas bagi kedua provinsi. Posisi Tugu Hitam [Tugu Ireng] masuk wilayah Jawa Tengah atau daerah Salam.
Setelah melakukan meditasi, pembatinan  dan melakukan wawancara dengan penduduk setempat pada bulan Desember 2018 lalu, saya memperoleh hasil riset dalam bentuk filologi makna hermeneutika semiotika pada makan mental kesadaran pada tiga teks:  [Salam Tempel], [Tempel Salam], dan Tugu Hitam [Tugu Ireng]. Apa itu makna Hermeneutika Semiotika pada Salam Tempel], [Tempel Salam], dan Tugu Hitam [Tugu Ireng].
Ke [1] Makna umum salam tempel adalah  [Salam, baru Tempel]  yang disertai uang (atau amplop berisi uang) yang diselipkan dalam tangan orang yang disalami. Semacam hadiah, samping hadiah resmi, salam tempel pun masih tetap diterimanya dalam kebudayaan hari raya keagamaan tertentu; sedangkan makna ke dua kebalikannya [Tempel, Baru Salam] adalah cara resmi seperti acara wisuda, atau penyerahan jabatan atau tongkat kepemimpinan; makan ketiga [Salam dan Tempel Bersamaan] mungkin berkontotasi negative sebagai bentuk sogok, atau pungutan liar [pungli] bisa kena OTT KPK. Kemudian yang menjadi Saksi bisu adalah Tugu Ireng. Sebuah Tugu dengan metafora [menunjukkan batas] dan persis disini maka etika menjadi muncul. Munculnya pembedaan motivasi pada hakekat [dua kata, salam dan tempel].
Ke [2] Makna umum pada Tugu Ireng (Batas Magelang ke Jogja]. Tugu adalah diam, ada dan menjadi saksi bisu. Apa maknanya tugu adalah upaya manusia melakukan [fixed] pada waktu atau pembekuan waktu. Pembekuan waktu adalah upaya manusia untuk tetap kembali kepada sejarah dan pengalaman batiniah paling otentik paling luhur semacam pusaka yang tidak boleh dilupakan. Wajar jika kemudian Presiden Indonesia Pertama, bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak boleh melupakan sejarah. Maka dalam semua kebudayaan Tugu, Patung, adalah symbol daya Tarik pada vitalitas kebaikan umat manusia. Ia adalah sejarah, sejarah yang ditrans substansikan menjadi nilai heroism kekinian dalam diri manusia berbudi luhur.
Ke [3] Kata [Salam] dalam morfologi Jawa disebut  {"Sugeng"] atau semacam doa pada keselamatan lahir batin; atau dalam bahasa Inggris ["Greetings] atau  Salam adalah tindakan komunikasi di mana manusia dengan sengaja membuat kehadiran mereka diketahui satu sama lain, untuk menunjukkan perhatian, dan untuk menyarankan jenis hubungan (biasanya ramah) atau  status social  (formal atau informal) antara individu atau kelompok orang yang datang kontak satu sama lain. Salam kadang-kadang digunakan sesaat sebelum percakapan atau menyapa orang lewat, seperti di trotoar atau jalan.  Salam dapat diekspresikan baik secara fisik maupun suara, dan seringkali melibatkan kombinasi keduanya. Topik ini tidak termasuk upacara penghormatan pada militer dan seremonial tetapi termasuk ritual selain gerakan. Salam,  memiliki ritual ucapan salam yang sangat rumit, misalnya menyapa yang berdaulat.
Jika laki-laki itu adalah pelayan sebagai Abdi Dalem, punggawa istana atau khususnya "peko-peko" (diambil langsung dari bahasa Jepang untuk berarti patuh) atau bahkan individu yang sangat formal,  akan mundur ke belakang dengan kepala tertunduk, lengan kiri menyilang di dada dan lengan kanan tergantung, tidak pernah menunjukkan sisi atau punggungnya ke atasannya. Kepalanya harus selalu lebih rendah dari atasannya  sebagai tanda penghormatan dan kepatuhan.  Ada lagi istilah Jawa disebut Sungkem  melibatkan penjepitan kedua tangan, menyatukan ibu jari dengan hidung, memutar kepala ke bawah dan membungkuk dalam-dalam, menekuk dari lutut. Dalam kehadiran kerajaan, yang melakukan sungkem  berlutut di pangkalan tahta. Sungkem merupakan tradisi masyarakat Jawa di mana seseorang bersalaman sembari menundukkan kepala dalam rangka meminta restu atau saling memaafkan.
Ke [4] Kata [Tempel] dalam trans substansi makna berarti melekat atau wujud [penyatuan] dua hal yang sama dan yang berbeda menjadi satu entitas. Penyatuan diri atau di sebut Manunggal. Maka kata [Tempel] artinya menyatu atau persatuan atau manunggal atau  dalam bahasa Jawa bisa berarti ["ngawiji"] menjadi satu dalam pikiran jiwa, raga pada perbuatan sehingga tidak bisa dipisahkan. Dalam artian manunggal atau "ngawiji" ditambah makna menjadi manunggal kawulo semacam menyatunya diri saya jasmani rohani  dengan objek lainnya kemudian mewujudkan tindakan atau "laku" Jawa Kuna.Â
Kata ["ngawiji"] bisa berarti wiwitan atau asal usul atau Nyawiji" adalah wujud dari iman itu sendiri dalam perbuatan baik. Jadi manusia baik tidak hanya tahu kebaikan, tetapi lebih utama adalah melakukan kebaikan itu sendiri tanpa pamrih. Kata ["ngawiji"] atau asal mula ini berubah menjadi wujud lain apa yang disebut 2 sabda yakni [a] sabda urip dan menguripi, dan [b] sabda pelebur [manunggal]. Maka kata tempel lebih mengarah kepada kata sifat [lelaku] kehidupan.
Lalu bagimana trans substansi kata [salam, tempel, dan tugu] dapat dipahami dalam tafsir hermeneutika semiotika. Untuk sementara saya menggunakan tiga kata untuk tafsir  [Salam, Tempel, dan Tugu] dapat dipahami dengan tiga kerangka tafsir pendekatan (1) metode Alegoris, (2) metode Literal, (3) metode Mistikal.
Pemahaman Alegoris makna  Trans Substansi Makna ["Salam Tempel" atau Tempel Salam"] Diantara Jogjakarta Jawa Tengah wujud kehendak moral dalam makna [Welas Asih] adalah sebuah rasa cinta kasih sayang yang menggabungkan empati, dan simpati semacam tindakan lebih suka memberi dibandingkan menerima. Kalau mau lebih kasar jadi manusia jangan pelit dalam semua hal; materi, kerja, belajar,  sebagai ibu-ibu, sebagai bapak-bapak; dalam artian lebih luas [Welas Asih] adalah dimaknai {rame ing gawe sepi ing pamrih] atau bekerja dengan tekun dan sungguh-sungguh tanpa pamrih. Jadi tafsir lebih kepada aspek batiniah manusia dengan melihat konteks maknanya.
Pemahaman Metode Literal manka Trans Substansi Makna ["Salam Tempel" atau Tempel Salam"] diantara Jogjakarta Jawa Tengah. Tafsir lebih banyak pada lahirah {raga jasmani]. Maka dapat dipahami sebagai batas territorial administrasi pemerintahan atau wilayah hukum daerah antara Jogja, dan Jawa Tengah. Pemisah tersebut disimbol dengan Tugu Ireng atau tugu selamat datang sebagaimana daerah lain di Indonesia. Tidak memiliki makna filosofis dan ontologis. Â
Pemahaman Metode Literal manka Trans Substansi Makna ["Salam Tempel" atau Tempel Salam"] Metode Mistikal. Secara metafisik bisa ditafsir berbagai makna.Â
Sedangkan ["Tempel"] Wilayah Wangsa Tanah, Air, Api, Udara di Jogja; sedangkan ["Salam"] adalah wilayah anasir Tanah, Air, Api, Udara Magelang Jawa Tengah.
Jika dari Jawa Tengah ke Jogja maka pertama-tama harus ada rasa hormat atau ["Salam"] pada kekuasan raja Jawa dengan segala dimensinya, yakni tiga tiang tugu ireng simbiol  telu-teluning atunggal  pada ingat asal usul [alam purwo], ingat pada diri sekarang ini [alam madyo], dan ingat alam tujuan manusia [alam wasono]. Maka tahap setelah itu menyeberang sungai atau melangkah lewat jembatan Sungai Krasak, baru kemudian masuk wilayah Jogja atau memasuki {Tempel}.Â
Artinya ketika anda memasuki wilayah Jogja atau masuk wilayah ini maka 3 tugu ireng tadi diaplikasikan dalam sikap hidup [tindakan atau moral] untuk  dokrin telu-teluning atunggal. Bentuk telu-teluning atunggal  yakni  Papan, Empan, Adepan.  Papan, Empan, Adepan. salah satu pepatah Jawa Kuna  ang artinya  ketika bersikap berbicara supaya memperhatikan tempat, situasi (papan) dimana seorang berada, memperhatikan isi (empan), dan memperhatikan siapa yang dihadapi (adepan). Ojo dumeh, ojo mbeling,  Ojo lali [jangan mentang mentang, jangan aneh-aneh, dan jangan lupa diri eling lan waspodo].
Kebalikannya jika dari Jogja menuju Jawa Tengah maka posisinya terbalik atau mengalami negasi, atau semacam antithesis Model Hegelian. Jika pada posisi Magelang Ke Jojga [Salam Tempel] maka Jogja Ke Magelang [Tempel Salam].
Bolak balik, atau dalam filsafat saya beri nama [Salam Tempel] dan [Tempel Salam] sebagai  Dialektika Dalam Relasi Hubungan Sosial dan Metafisis. Dengan melihat pada teks sebelumnya pada telu-teluning atunggal  sebagai ["dialog atau debat bolak-balik"]. Sama tradisi Yunani Kuna pada makna menciptakan perdebatan antara karakter Socrates, di satu sisi, dan beberapa orang seperti Thrasymachus  Glaucun, sekelompok orang yang kepadanya Socrates berbicara di sisi lain.Â
Perdebatan bolak balik antara pihak-pihak yang berseberangan menghasilkan semacam kemajuan linier atau evolusi dalam pandangan peradaban manusia. Hegel melihat metode dialektika bolak-balik antara Socrates dan lawan bicaranya   untuk berdebat melawan pandangan atau posisi sebelumnya  kurang bermutu, dan lebih bermutu nantinya.
Lalu apa hasil sintesis dari ["dialog atau debat bolak-balik"] ini. Saya menyebutnya menghasilkan apa yang disebut  Integritas, Ketulusan, dan Pengetahuan diri.
Integritas adalah konsistensi atau kesatuan di antara ruang batin diri. Ini kecocokan, atau secara geometris, isomorfisme atau kongruensi antara apa yang ada di depan dan apa yang ada di dalam atau di belakang. Integritas mempertahankan kesesuaian ini dalam menghadapi godaan atau tekanan yang diberikan dari luar.
Ketulusan, suatu kebajikan terkait, terutama berkaitan dengan mengatakan apa yang benar-benar diyakini seseorang, yang tidak dapat dilakukan seseorang dengan kepastian kecuali seseorang memiliki pengetahuan diri yang cukup. Dua sinonim untuk ketulusan adalah keterusterangan dan keterbukaan, yang keduanya merupakan istilah spasial.
Pengetahuan diri berarti mampu melihat ke dalam diri  sendiri, memiliki pandangan ke kedalaman, apakah seseorang melihat dari sudut pandang pikiran sadar biasa (diwakili oleh ruang yang terkandung di bagian depan kotak-bingkai, sebuah cara sebelumnya menyajikan model ini. Teori pada dua metafora visual terkait adalah Carl Jung's Shadow, istilahnya untuk aspek-aspek diri yang tersembunyi dan sulit dilihat, dan apa yang disebut psikolog humanistik Carl Rogers transparansi, kemampuan untuk mengungkapkan diri kepada orang lain dengan cara yang meningkatkan kemungkinan pertumbuhan menjadi manusia berbudi luhur.
Karena,  kesadaran atau  pikiran sebagian besar terdiri dari perluasan metaforis dari pengalaman tubuh [bolak balik Magelang Jogja atau Jogja Magelang] yang beroperasi secara tidak sadar , maka bagian dari tugas, kemudian, filsafat, psikologi dan pemikiran spiritual adalah membuat ekstensi ini eksplisit sehingga seseorang menggunakannya se konsisten mungkin dan dengan kesadaran  logika yang disiratkannya. Itulah bagian dari arti pengetahuan diri, ketulusan, dan integritas.
Daftar Pustaka: Apollo Daito., 2018., Laporan Hasil Riset Mandiri., Trans Substansi Makna Hermeneutika Semotika  ["Salam Tempel"vs Tempel Salam] Diantara Jogjakarta Magelang Jawa Tengah,
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI