Dalam posisi yang demikian perusahaan cenderung memilih akuntansi yang memberikan  keuntungan yang lebih besar guna mengamankan posisi perusahaan di sisi kreditor. Â
Perusahaan yang memiliki utang yang besar cenderung melaporkan laba besar guna mempertahankan leverage perusahaan. Hal ini tentunya dilakukan guna menjamin kemampuan perusahaan  dalam membayar seluruh hutang seandainya perusahaan tersebut dibubarkan.Â
Kepentingan agent melakukan  earnings management adalah menghindari terjadinya based insolvency (kepailitan secara teknis) yang diawali  dengan kesulitan likuiditas temporer  dan berlanjut terhadap kemungkinan  perusahaan mempunyai nilai buku  jumlah utang (debt) melebihi jumlah aktiva, atau terjadi ekuitas negatif atau pailit secara keuangan.
Oleh karena itu faktor yang diduga mempengaruhi earnings management adalah leverage perusahaan. Pengertian leverage merupakan gambaran mengenai kemampuan perusahaan memanfaatkan kekayaannya untuk memenuhi kewajiban-kewajiban secara menyeluruh.Â
Hal ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Jones (1981); Skinner, Shivdasani (1993); Bowen, et al. (1995); Denis, Denis (1992), Wallance (1997). Indikator yang dipakai dalam pengukuran leverage perusahaan antara lain adalah total debt to total assets; total debt to total equity;  long term debt to total assets dan long term debt to total equity.
Adanya kontrak dengan kreditor atau pihak lainnya akan mengakibatkan perusahaan  berusaha mempertahankan komposisi modal kerja (working capital) yang ditandai adanya pembatasan  rasio tertentu dalam laporan keuangan. Selain itu komposisi modal kerja bersih (net working capital) merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan, sebab terkait dengan biaya modal, capital budgeting dan harga pasar saham. Â
Ada dua jenis komposisi modal kerja yaitu gross working capital dan net working capital. Tujuan manajemen melakukan earnings management pada variabel ini adalah ingin mendapat kesan  bahwa manajemen telah melakukan pengelolaan perusahaan dengan baik untuk  menjamin seluruh  utang secara acceptable dalam menjamin likuiditas badan usaha.Â
Dalam keadaan yang demikian, perusahaan akan terhindar dari insolvabilitas (tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendek) atau kekurangan likuiditas temporer dengan menunjukkan keefektifan dan keefisienan  penggunaan aktiva  tetap tanpa mengabaikan aktiva lancar dalam menghasilkan pendapatan dan laba.
Maka wujud sejati anti tesis ("Agent") dengan adanyaearnings management diharapkan akan menambah persepsi return dan  meminimumkan  risk perusahaan sehingga menghindari manajemen dari kesulitan pendanaan modal kerja perusahaan.  Pada posisi ini perusahaan tidak  mempunyai nilai buku  total utang lebih besar dari nilai pasar total aktiva.
 Penelitian sebelumnya yang memfokuskan  komposisi modal kerja perusahaan mempengaruhi earnings management pernah diteliti oleh Deakin (1979), Skinner (1993); Shivdasani (1993); Hammer (1992); Dechow and Sloan (1991); Murphy and Zimmerman (1993); De Anglo, et al (1994); Holthausen, et al (1995); De Fond, Park (1997).Â
Secara umum simpulan mereka adalah perusahaan selalu berhati-hati dalam mengelola kesulitan keuangannya (dari aspek komposisi modal kerja) guna menghindari dari insolvabilitas dalam kepailitan perusahaan yang dikelola. Indikator yang dipakai dalam penelitian ini antara lain adalah net working capital to total assets; net working capital to total liabilities; inventory to net working capital andnet income to total liabilities.Â